Kanna berdiri dihalte bus. Tangannya dia ulurkan untuk mengecek apakah gerimisnya sudah mereda atau malah bertambah deras. Pagi ini cuacanya sangat mengerti suasana hati Kanna. Gerimis dan langit yang agak kelabu, sama persis seperti hatinya.
Kanna menatap sendu jalanan raya yang banyak kendaraan berlalu lalang. Suasana hatinya sedang gak baik sejak semalam. Tapi topeng Kanna selalu terpasang dimanapun dan kapanpun. Gak peduli sekacau apapun hatinya, topeng Kanna selalu terpasang rapi.
Senyum Kanna melengkung ketika bus yang dia tunggu muncul. Namun bersamaan dengan itu hujan turun deras, Kanna terpaksa berlari ke dalam bus menerobos hujan tanpa payung. Membuat hampir seluruh seragamnya lepek.
"Yah, kebasahan deh," gumam Kanna setelah duduk dikursi bus. Cewek itu duduk didekat jendela, kebiasaan lama.
Setelah beberapa menit, busnya sampai dihalte depan Sma Bhayangkara. Namun hujan tak kunjung mereda. Kanna membayar busnya lalu turun. Kanna menghela napas panjang, hujan bertambah deras, beberapa detik kemudian Kanna mengangguk yakin dengan pemikiran yang ada diotaknya saat ini. Trobos aja lah!
Kanna lari menerobos hujan, membuat seragamnya semakin lepek. Kanna pikir udah terlanjut basah makannya dia berani menerobos hujan.
"Eh ehhh. Kok gerbangnya ditutup, sih?" Kanna panik ketika pak satpam menutup gerbang sekolah.
"Aduh Bapak gimana, sih, Pak? Ini gimana Kanna mau masuk kalo gerbangnya ditutup Bapakkk!" Kanna marah marah, terselip rengekan ditengah kemarahan Kanna.
"Neng geulis teh udah telat. Punten Neng. Bapak permisi dulu," ujar pak satpam yang melindungi dirinya menggunakan payung. Namun dia tega membiarkan Kanna kehujanan, apalagi dia menutup gerbang sekolah gak membiarkan Kanna masuk.
Kanna berteriak kesal. "AAAAA! SEKOLAHAN APAAN SIH INI! GAK JELAS BANGET TELAT 10 MENIT DOANG UDAH DITUTUP!"
"NUNTUT ILMU ITU GAK ADA YANG NAMANYA TELAT! JANGAN SAMPE KANNA, NIH, YA, YANG JADI KEPALA SEKOLAH!" kanna ngedumel dengan suara melengking.
"KANNA JUGA SEKOLAHNYA BAYAR TAUK!"
"Bayar gak bayar. Peraturan, ya, tetap peraturan."
Kanna tersentak kaget.
Ketika mendengar suara Gama, Kanna langsung membalikan badanya. Gama dan motornya berada tepat didepan Kanna saat ini. Gama juga telat, namun dia gak panik seperti Kanna.
"Gama kok telat juga, sih, Gam?" Kanna sedikit teriak.
"Bukan urusan lo," jawab Gama dingin.
Kanna hanya mengangguk nanggapinnya.
"Buru naik."
Lagi lagi Kanna melotot.
"Hah? Apa, Gam?"
"Buruan naik. Bolot amat."
Kanna bengong, sejujurnya dia gak nyangka. Sesekali dia mengusap wajahnya yang terus terguyur hujan. Gama kesambet apa ya kira kira?
"Mau kemana, Gam? Kanna gak bisa. Kanna mau sekolah. Gak mau bolos. Kasian Mamah Kanna udah bayarin Kanna sekolah masa Kanna malah bolos. Lagian nanti kita bisa ketinggalan pelajaran kalau bolos," tolak Kanna panjang.
Gama menatapnya kesal dari balik helmnya. "Lebay."
"Bolos sehari gak akan bikin spp yang di bayarin nyokap lo jadi terbuang sia sia," sahut Gama. "Dan bolos sehari gak akan bikin lo ketinggalan pelaran. Pinter, 'kan lo? Tanpa belajar juga otak lo udah pinter, 'kan?" ketusnya sengaja membawa kepintaran Kanna. Akalnya berjalan dengan lancar.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY NOT ME?
Teen FictionKanna Alaska. Di asingkan oleh keluarganya sendiri. Ibunya, Karin, mengabaikan Kanna seolah Kanna tak ada dalam hidupnya. Kanna punya kembaran, dimana kembarannya diperlakukan sangat baik oleh sang ibu namun dirinya tak pernah menerima perilakuan b...