"Gama punya impian? cita cita gitu," tiba tiba Kanna membuka matanya yang sejak tadi terpejam namun tidak tertidur, membuat Gama menatapnya heran.
"Gam, ditanya tuh dijawab," tegur Kanna.
"Belum kepikiran Ka, gak tau cita citaku apa," jawab Gama.
"Pikirin dari sekarang," ujar Kanna.
Gama hanya mengangguk membalasnya.
"Impian kamu apa?" kini giliran Gama yang bertanya.
"Gak ada dan gak bisa," jawab Kanna.
"Maksudnya?" Kening Gama mengerut, bingung.
"Kanna gak punya impian dan gak bisa bermimpi," jelas Kanna.
"Kenapa gak bisa? semua orang kan punya hak buat bermimpi," Gama semakin heran.
"Kanna mau bermimpi. Tapi memangnya orang lemah ini masih punya waktu buat mewujudkan mimpinya?"
Keduanya sama sama hening. Sebelum akhirnya Gama terbangun dari duduknya, lalu menghampiri Kanna, ikut duduk diranjang rumah sakit.
"Kamu boleh punya mimpi, aku yakin kamu bisa mewujudkan mimpi kamu," ujar Gama yakin.
"Kalo gitu impian Kanna cuma 1, sembuh. Kanna mau sembuh Gam," jawab Kanna pelan.
"Selain itu?"
"Gak ada. Kanna cuma mau sembuh, setelah sembuh baru Kanna akan membuat mimpi-mimpi yang baru," jelas Kanna.
Sebenarnya Kanna masih tidak yakin dia bisa mewujudkan mimpinya. Dalam kondisinya yang sekarang, Kanna takut untuk bermimpi, bukankah sia sia jika dia bermimpi namun tidak bisa terwujud?
"Kenapa harus nunggu sembuh dulu?" tanya Gama.
"Akan jadi sia-sia kalo Kanna bermimpi sekarang, dikondisi Kanna yang gak mungkin bisa mewujudkan impian Kanna. Untuk apa punya impian tapi gak bisa terwujud? Sia sia kan," sahut Kanna dengan tatapan miris.
Gama tersenyum simpul mendengar jawaban Kanna, yang lagi lagi takut untuk bermimpi.
"Gak semua mimpi harus terwujud Ka. Semua orang memang punya hak buat punya impian, tapi gak semua orang harus bisa mewujudkan impiannya,"
"Kita punya mimpi, bukan berarti tujuan hidup kita untuk mewujudkan mimpi yang kita punya. Ketika mimpi yang kita punya gak terwujud, bukan berarti impian dan usaha kita menjadi sia-sia,"
"Tujuan hidup kita itu bukan untuk membuat mimpi kita jadi kenyataan. Tujuan hidup kita itu untuk bahagia dengan kenyataan yang kita punya saat ini, besok, dan seterusnya. Kita harus bahagia Ka, bukan harus tertekan dengan mikirin mimpi kita bakalan terwujud atau gak," jelas Gama serius.
"Tapi kalo kenyataan yang bikin Kanna jadi gak bahagia gimana Gam? Apa Kanna harus pura-pura bahagia? Munafik kan Gam kalo kaya gitu," ucap Kanna, dia agak tidak setuju dengan pendapat Gama.
"Gak semua kenyataan menyakitkan Ka. Gak semua kenyataan yang kamu terima bikin kamu sedih. Jadi kamu jangan fokus ke 1 kenyataan yang bikin kamu sedih. Coba deh kamu fokus ke kenyataan yang lain, yang bikin kamu bahagia," pinta Gama.
"Contohnya?" tanya Kanna.
"Contohnya aku. Aku adalah kenyataan yang bisa bikin kamu bahagia. Kenyataan bahwa ada orang yang sayang sama kamu lebih dari sayang ke dirinya sendiri. Kalo bisa gantiin kamu sakit, aku bisa gantiin Ka. Biar kamu gak ngerasain sakit-" ujar Gama langsung di potong oleh Kanna.
"Gama gak boleh ngomong kaya gitu. Gama gak boleh sakit. Gama harus sehat terus," ujar Kanna sedikit tegas. Kanna takut ucapan Gama teraminkan karena dia dulu juga pernah berfikir untuk menggantikan posisi mamanya yang sakit, dan kini beneran terwujud.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY NOT ME?
Teen FictionKanna Alaska. Di asingkan oleh keluarganya sendiri. Ibunya, Karin, mengabaikan Kanna seolah Kanna tak ada dalam hidupnya. Kanna punya kembaran, dimana kembarannya diperlakukan sangat baik oleh sang ibu namun dirinya tak pernah menerima perilakuan b...