"Gama abis dari mana?" tanya Kanna ketika Gama baru pulang.
"Tadi pagi Kanna cariin Gama, tapi Gama gak ada," adu Kanna sambil mengikuti Gama yang berjalan mengabaikan Kanna.
"Gam, Gam, maaf banget ya semalem Kanna tidur dikamar Gama. Sumpah deh Kanna gak bermaksud apa apa. Soalnya semalem Kanna bener bener udah ngantuk banget," lagi lagi Kanna yang bersuara.
"Oh iya, Kanna juga udah beresin kamar Gama. Cuci piring didapur juga udah, soalnya tadi pas Kanna ke dapur Kanna liat piring pada belum dicuci makannya Kanna cuciin aja deh," Kanna masih bersuara lagi.
"Terus baju Gama yang ada di bak, udah Kanna cuci juga," ucapan Kanna kali ini berhasil membuat Gama berhenti.
"LO! LO CUCI BAJU GUE YANG Di BAK?"Gama melotot.
"EHH TENANG GAM! KANNA GAK CUCIIN ITUNYA JUGA KOK! KANNA PISAHIN! SUER DAH!" Kanna mengangkat tangan membentuk huruf V.
"Lo- akkkhhh!" Gama geregetan. "Lo itu kerajinan tau gak?! Untung celana dalem gue gak lo cuci juga! Kalo sampe iya! Wahh gila sih lo. Gak warass!" Gama mendekatkan wajahnya pada Kanna, lalu masuk ke dalam kamar dengan emosi yang menggebu.
"IHH GAMA! ISTIGFAR ATUH! KANNA JUGA OGAH NYUCI BEGITUAN!" teriak Kanna kesal.
"Gila tuh cewek," gerutu Gama sambil membuka jaket kulit dan melemparnya ke sembarang arah.
Seketika matanya terpaku pada kasur yang tampak sangat rapih. Padahal kemarin masih berantakan dengan tumpukan pakaian.
"Dia beneran ngerapihin ni kamar?" Gama melirik setiap sudut kamarnya. "Gila, mental pembantu apa gimana? Semua kerjaan rumah dia kerjain," Gama menggeleng tabjuk.
Kamar yang kemarin masih kotor, berantakan seperti kapal pecah, sekarang sudah berbeda. Penampilannya kini lebih rapih, bersih, dan wangi. Kalo gini ceritanya, Gama tidak keberatan dengan kehadiran Kanna.
"GAMAAAA!" teriak Kanna melengking.
Gama menghela napas kasar. Baru aja ngerasa damai!
"GAMA MAKAN DULU! KANNA UDAH MASAK LOHH. ENAK LOH MASAKAN KANNA. MIRIP MIRIP MASAKAN CHEF RENATA GITU," teriak Kanna. Sangat menggangu telinga Gama.
Gama segera mengganti kaosnya dengan kaos yang baru. Padahal Gama baru saja pulang dari rumah sakit, harusnya dia langsung merebahkan badan dan tidur, tapi lagi lagi Kanna menggangu waktu istirahatnya.
Setelah selesai mengganti pakaian, Gama keluar kamar, menghampiri Kanna yang sedang sibuk menyiapkan lauk dimeja makan.
"Ayah gue mana?" tanya Gama datang datang.
"Katanya sih mau keluar bentar. Tapi lama dikit," jawan Kanna.
"Pansi ngomong gak jelas," cetus Gama. Cowok itu mengambil piring lalu menuangkan nasi dan rendang buatan Kanna.
"Pipi lo gimana?" tanya Gama sebelum menyuapkan suapan pertama.
"Masih cubby," jawab Kanna santai.
Gama berekspresi datar. "Gak usah sok polos," komentar Gama.
"Iya, udah gak sakit," Kanna duduk didepan Gama, ikutan menyendok nasi dan rendang, mereka makan bersama.
Setelah itu tidak ada obrolan lagi. Keduanya memilih fokus makan, menikmati masakan Kanna yang sangat lezat, enak, dan rasa yang berkelas. Ya, Gama akui itu.
Sesekali Gama melirik Kanna, lebih tepatnya melirik pipi Kanna. Memastikan bahwa pipinya sudah tidak separah semalam.
"Gak usah diliatin mulu kali. Nanti Kanna nya salting," Kanna memergoki Gama.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY NOT ME?
Teen FictionKanna Alaska. Di asingkan oleh keluarganya sendiri. Ibunya, Karin, mengabaikan Kanna seolah Kanna tak ada dalam hidupnya. Kanna punya kembaran, dimana kembarannya diperlakukan sangat baik oleh sang ibu namun dirinya tak pernah menerima perilakuan b...