28. Menepati Janji

539 47 10
                                    

Kanna tau setiap hari dia memang malas. Tapi hari senin paling malesin. Karena upacara bendera. Bukannya Kanna tidak menghargai jasa para pahlawan dengan membenci upacara, bukan. Ini hanya karena Kanna tidak suka kepanasan sambil berdiam diri tidak boleh bergerak. Lebih baik Kanna main basket dipagi atau siang hari dari pada harus berdiam diri ditengah teriknya matahari.

"Kayanya kita bolos aja deh. Gak usah ikutan upacara," usul Kanna sesat.

Hera yang masih waras pun menggeleng. "Gak bisa! Gue mau upacara, selain menghargai jasa para pahlawan, ikut upacaran juga salah satu aturan yang ada di sekolah," tolak Hera, tumben tumbenan mentaati peraturan sekolah.

"Sejak kapan dah Hera jadi anak teladan gini?" Kanna heran. 

"Sejak saat pertama, melihat senyumannya." Hera malah nyanyi.

Kanna mendengus, lalu meninggalkan Hera dipinggir lapangan.

"WOI TUNGGUIN!" Hera menyusul Kanna.

"Eh ehh," Hera menarik tangan Kanna yang ingin baris di barisan paling belakang.

"Apa lagi Hera?" Kanna mengehela nafas pelan.

"Baris paling depan!" titah Hera.

Kanna menyatukan alis, curiga. Ini bukan Hera yang biasa. Hera yang dia kenal adalah Hera yang selalu baris di barisan paling belakang ketika upacara untuk menghindari sinar matahari.

"Kenapa lo natap gue kaya gitu?" ujar Hera.

"Mencurigakan," Kanna memicingkan mata.

"Kenapa sih? Baris paling depan itu bagus Ka. Biar...biar... biar bisa liat bendera dari deket!" Hera semakin mencurigakan karena bicaranya yang tidak lancar.

Kanna melirik ke depan, mencari cari sang pemimpin upacara. Ah, ternyata Haru. Kanna tersenyum menggoda.

"Oooh jadi ini alasan Hera mau baris di depan," goda Kanna.

"Apaan sih orang gue gak pengen liat Haru!" 

"Kanna gak bilang gitu loh Her," Kanna semakin seneng ngegodain.

Hera membuang muka, lalu baris dibarisan paling depan seperti yang dia mau.

"Terserah lo!" Hera kesal. 

"Dih, keselan anaknya," Kanna ketawa puas. Lalu ikut baris di barisan paling depan juga. Kanna berdiri di samping Hera.

Kanna melambaikan tangan ketika melihat Gama yang sedang bingung mencari barisan kelasnya. 

"Gamaa!" panggil Kanna. 

Gama yang mendengar suara tersebut pun langsung mencari cari dari mana suara itu berasal.

"Gama, Kanna disini!" panggil Kanna lagi.

Barulah Gama menemukan Kanna.

Cowok itu tidak membalas lambaian Kanna. Melainkan langsung menghampiri cewek itu.

"Liat Karra gak?" tanya Gama datang datang.

WHY NOT ME? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang