14. Ancaman dari Kanna.

589 59 3
                                    

Gama sibuk membaca buku fisika yang waktu itu dia beli bareng Kanna. Gama fokus pada bukunya, semua dia lakukan untuk olimpiade nanti. Gama harus menang, Gama harus menang untuk almarhum Mamahnya.

"Tebak semalem gue jalan sama siapa?" tanya Tata tengil, mentang mentang setiap malem ganti cewek.

"Malas gue nebak nebak. Kaya gak ada kerjaan aja gue," sahut Haru.

"Iri, Ru? Iri bilang atuh a! Makannya lo gak usah lah setia sama satu cewek. Apalagi ceweknya gak mau sama lo," tawa Tata kurang asem. Bisa bisanya dia meledek Haru. Bahkan Haru lebih baik dari pada Tata yang kerjaannya ganti ganti cewek.

"Gak usah menghasut lo setan," sebut Gama.

"Mampus gue dibelain Gama," Haru tersenyum puas.

"Memang, ya, lo berdua sama sama oon. Ngejar satu cewek yang jelas jelas gak mau sama lo," ujar Tata tidak mau kalah, "lo liat tuh diluar sana ada cewek yang lagi nunggu lo! Udah ada yang pasti malah ngejar yang gak peduli," tambah Tata kadang ada benernya.

Tapi mau bagaimana lagi. Namanya juga cinta. Susah buat berfikir pake logika.

"Gue suka sama Hera udah dari kelas 6 SD. Susah buat nganti yang baru," jelas Haru pedih.

Haru masih ingat betul bagaimana dulu Hera selalu diledekin oleh teman temannya. Pada saat itu Haru dengan keberaniannya selalu melindungi Hera. Tapi setelah tamat SD, Haru dan Hera tidak satu sekolah lagi. Pas SMA baru dipertemukan lagi.

"Hera udah punya pacar, Ru. Kuat amat hati lo," ungkap Tata kembali melukai hati Haru.

Meskipun tampang Haru cool dan tegas. Tapi hatinya tetap lemah ketika membicarakan kisah percintaannya dengan Hera.

"Gapapa, sebelum janur kuning melengkung terobos aja lah," tekad Haru kuat.

"Kalo elo, Gam? Masih tetep suka sama yang itu? Udah ada Kanna, Gam. Jujur Kanna cantik, terus lucu gitu gak sih? Gue jamin lo gak akan bosen kalo jalan sama dia," ujar Tata sangat tertarik jika sudah membicarakan Kanna.

Kalau boleh Tata jujur. Tata sebenarnya gemas dengan Kanna. Tapi Tata tau diri. Dia tidak akan merebut milik temannya.

"Karra gak akan pernah bisa digantiin sama orang lain. Dari dulu sampai sekarang, hati gue cuma buat Karra," ucap Gama tanpa memutuskan fokus pada bukunya.

Memang benar. Dari dulu sampai sekarang rasa itu masih tetap sama. Mungkin tidak akan bisa digantikan.

"Gama, nyebut nama Karra? Ngomongin Karra, ya?" Karra merasa terpanggil.

Tadi cewek itu tengah mendengarkan musik dengan headset, tidak sengaja mendengar samar namanya disebut, membuat dia melepaskan headsetnya dan bertanya pada orang yang tadi menyebut namanya.

"Iya. Mereka tanya kemarin lo kemana gak masuk," Gama ngeles, namun ekspresinya benar benar seperti orang serius bertanya.

"Oh itu. Kemarin Karra pergi sama Mamah. Liburan aja, sih, Gam," jawab Karra.

"Oleh olehnya atuh Neng Karra," goda Tata. Kebiasaan kalau apa apa ngegodain mulu.

"Yah gak beli apa apa. Soalnya sibuk ngejalanin sesuatu," Karra menjawab kecewa.

"Wih, ngapain lo di sana? jadi kepo," seru Haru nyamber.

"Kepo lo," sebut Gama menoyor kepala Haru, tega. Lalu Gama beranjak dari tempat duduknya. Gama pindah posisi menjadi duduk didepan kursi Karra. Kini Gama berhadapan dengan Karra.

"Kar, udah terima kado dari gue?" tanya Gama tentang kado yang dia taruh didepan rumah Karra kemarin malam. Saat tau Karra sudah pulang dari berlibur, Gama langsung mengambil kado yang dia siapkan untuk Karra, lalu cowok itu langsung menaruh kado itu diluar rumah Karra.

WHY NOT ME? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang