Tengah malam Kanna merasa lapar. Kanna melirik sekitar ruangan namun tidak menemukan makanan yang bisa mengisi perutnya. Kanna bangun dari duduk, memutuskan untuk mencari makan di luar.
Ketika Kanna keluar ruangan, cewek itu dibuat terkejut karena ternyata Gama masih ada di sana. Cowok itu sudah hampir tertidur tapi dengan peka dia langsung bangun lagi.
"Ka? Kenapa? Ada yang perlu aku bantu?" tanya Gama khawatir meski masih dalam keadaan setengah sadar.
"Harusnya Gama istirahat di rumah. Kenapa masih di sini?" balas Kanna tidak nyangka Gama masih ada di sini. Padahal dia sudah menyuruh Gama pulang melalui Karra.
"Aku udah bilang aku mau temenin kamu di sini. Mana bisa aku pergi gitu aja?" kata Gama.
Kanna menatap Gama lelah. Gama keras kepala. Tapi dia juga merasa bersalah membiarkan Gama diluar sendirian.
"Kenapa gak masuk aja Gam, diluar kaya gini kasian Gamanya kedinginan," Kanna benar benar tidak enak hati.
"Gapapa Ka. Tadinya emang mau masuk, tapi kamunya tidur, gaenak takut ngebangun," jawab Gama. Malah semakin membuat Kanna merasa bersalah.
"Kanna laper, Gama mau ikut ke kantin?" tanya Kanna.
"Boleh," jawab Gama.
Kanna mengangguk, lalu jalan duluan, diikuti Gama hingga mereka jalan berdampingan.
Tengah malah seperti ini untungnya masih ada kantin yang buka. Meski hanya bisa makan mie soto, itu sudah sangat enak untuk mereka yang memang sedang lapar.
"Ka?" panggil Gama disela sela mereka makan.
"Hm?" sahut Kanna sambil mengunyah.
"Kita masih pacaran kan?" tanya Gama serius.
Kanna berhenti mengunyah. Gama tau, waktunya tidak tepat.
"Hm. Maaf, lupain aja." Gama kembali melanjutkan makannya. Suasana menjadi canggung. Gama salah menanyakan itu sekarang. Tapi mau bagaimana lagi, Gama beneran butuh kejelasan tentang statusnya dengan Kanna saat ini.
"Ngomong ngomong besok pagi kamu mau pulang atau mau tetep di sini? Nanti aku antar atau kalau masih mau disini biar nanti aku ambilin apa yang perlu di ambil di rumah kamu," ujar Gama.
"Gak perlu repot repot Gam," jawab Kanna.
"Kenapa? Gapapa kok."
"Besok Gama gausah ke sini lagi ya Gam."
Gama diam. Wajahnya berubah datar. Apalagi ketika Kanna mulai menatapnya.
"Kanna bisa urus Mama sendiri," ujar Kanna lagi.
Gama yang sudah kecewa dengan penolakan Kanna pun hanya bisa diam dan mengangguk pelan. Sebenarnya sakit. Kanna mengusirnya secara halus. Gama paham, Kanna tidak ingin bertemu Gama lagi.
Setelah obrolan itu, tidak ada lagi dialog diantar mereka. Bahkan sampai Kanna masuk ke dalam ruangan Karin dan Gama duduk di depan ruangan itu.
***
Pagi ini Kanna sangat sibuk. Karin sudah bangun. Keadannya sedikit membaik. Sekarang wanita paruh baya itu sedang di paksa makan oleh Kanna.
"Mah, ayo makan. Paksain. Mau gak mau harus makan," kata Kanna sudah siap dengan sendok berisi bubur.
Karin menggeleng. "Gak mau Ka. Enek," tolak Karin. Dia benar benar mual. Mungkin karena efek kemo juga. Bahkan pagi ini dia sudah muntah 3 kali. Sangat membuat Kanna khawatir.
"Sedikit aja Mah. Kanna sedih loh kalau Mama gak makan," kata Kanna menekuk wajahnya.
Tapi Karin tetep menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY NOT ME?
Teen FictionKanna Alaska. Di asingkan oleh keluarganya sendiri. Ibunya, Karin, mengabaikan Kanna seolah Kanna tak ada dalam hidupnya. Kanna punya kembaran, dimana kembarannya diperlakukan sangat baik oleh sang ibu namun dirinya tak pernah menerima perilakuan b...