14. Mau Peluk

69 5 0
                                    

Aku sedang mengusap bahuku,
Saat tiba-tiba Biru datang dan sudah berada tepat di sampingku.

"Halo."

Oh astaga.

Kenapa masih tetap kata itu?

Kenapa tidak kau katakan saja langsung namaku?

Tapi ternyata,
Walau tetap sama kata sapaannya,
Debaran menyebalkan ini kembali datang dan langsung menyerangku dengan begitu hebatnya.

"Hai."

Dan aku tetap lah aku,
Jika itu berhadapan dengan Biru.

"Dingin ya?"

Ah Biru,
Memang kau tak bosan selalu berucap seperti itu?

Dan kenapa pula,
Kita selalu bertemu ketika rintik hujan deras sedang mendera?

"Iya."

Dan ya,
Aku ingin berteriak sekarang juga.

Ini memang dingin, Biru.

Jadi jangan tanya seperti itu lagi padaku!

"Nggak bawa jaket?"

Aku langsung tertegun di tempatku,
Lalu perlahan menolehkan kepalaku.

Dan saat melihat bahwa Biru sedang tersenyum padaku,
Aku jadi bergetar dalam diamku.

Tapi aku juga takut dalam keterpakuanku,
Apa Biru bisa mendengar jeritan di dalam hatiku?

Hai Biru,
Kenapa kamu jadi tersenyum sebahagia itu?

"Dingin ya?"

Oh astaga,
Aku belum memberikan jawabanku padanya,
Tapi kenapa Biru sudah bertanya lagi dengan suara teduhnya?

Kalau sudah seperti ini,
Aku jadi ingin berteriak lagi.

Ya,
Ini dingin luar biasa.

Jadi daripada bertanya,
Bagaimana kalau segera berikan perlakuan nyata saja?

Dengan pelukan, misalnya.

Dan saat teriakan itu masih tetap tersimpan rapi di dalam hatiku,
Aku langsung bersyukur dalam cemasku.

Jangan bicara!
Atau aku akan dianggap mesum olehnya!

Tapi Biru,
Kembali memberikan kalimat tak terduganya untukku.

"Hujannya belum reda. Jadi mau tetap di sini, atau pindah ke dalam saja?"

Ya Tuhan,
Cobaan manis apa yang sedang Kau berikan.

Ini di pelataran sekolahku,
Tapi karena pertanyaan ambigu itu,
Pikiran polosku jadi meronta dalam satu waktu.

Ah aku benci nonton drama romantis lagi kalau seperti ini!

Biru Milikku ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang