23. Selamat Hari Lahir, Biru!

47 6 4
                                    

Waktu itu,
Aku masih ingat betul dalam pikiranku,
Bahwa pertengahan oktober yang telah sangat berhasil mengganggu jalannya perasaanku,
Karena aku yang benar-benar jadi merelakan waktu tidurku.

Karena Biru.

Ya,
Semua karena dia.

Pria manis yang datang dengan senyum teduhnya,
Juga dengan sapaan sederhana darinya,
Yang telah sangat berhasil membuatku jadi terpana.

[Pukul 00.00]

Jadi aku segera duduk sangat sigap,
Lalu meraih ponselku dengan begitu tanggap.

"Selamat ulang tahun ..."

Kalian tahu?
Pesanku jelas pasti lebih panjang lagi dari itu.

Tentu saja.

Tapi biar hal itu menjadi rahasia.

Supaya aku tak kembali merona,
Karena mengingat lagi bagaimana dulu aku pernah jadi gadis dungu yang merelakan jam istirahatnya,
Hanya karena ingin menjadi yang pertama,
Mengucapkan happy birthday untuk Biru yang pasti sudah tertidur lelap di rumahnya.

Ya,
Aku benar-benar terjaga,
Sampai waktu menunjukan pergantian harinya.

Dan itu saja,
Karena setelahnya,
Aku menarik selimutku dengan segera.

Karena seperti yang telah kuucapkan sebelumnya,
Bahwa semoga,
Aku benar-benar jadi pertama yang memberikan ucapan selamat di hari lahirnya pria tampan yang baik hatinya.

Ya,
Semoga saja.

Mari tidur.

Dan lihat esok hari,
Apakah harapanku akan terwujud dengan tepat sekali.

*****

Membuka mata,
Aku langsung terkejut luar biasa,
Saat menerima pesan baru yang sangat berhasil untuk membuat kedua pipiku jadi memanas dengan begitu sempurna.

"Terimakasih ..."

Dan bla bla bla.

Karena ternyata,
Biru membalas pesan yang kukirimkan padanya,
Dengan kalimat yang panjang pula.

"... Terimakasih sudah jadi yang pertama. Kamu tak tidur ya?"

Aku langsung tertawa.

Karena ternyata,
Biru sudah langsung bisa mengetahui kelakuan konyolku di hari ulang tahunnya.

"Tidak."

Bohong.

Itu jelas dusta.

Tapi biarkan aku menutupi sifat bodohku untuk sementara.

Supaya Biru tak akan menyambutku dengan tawa kesenangan darinya.

"Tapi kenapa bisa pas sekali waktunya?"

"Kalau begitu, marah saja pada alarm ponselku."

"Memang kenapa?"

"Karena dia yang sudah berdering dengan begitu kerasnya. Jadi aku bisa terjaga sampai hari lahirmu tiba."

Aku langsung menutup wajahku,
Dengan kedua telapak tanganku,
Juga dengan guling besar yang telah setia menemani tidur lelapku.

"Kalau begitu, nanti siang, makan bakso bersama ya? Supaya tenagamu bisa pulih kembali, setelah begadang tadi."

Astaga.

Apa aku tak salah baca?

IBU.

PUTRIMU JATUH HATI,
PADA PRIA YANG PEKA SEKALI.

"Cepat balas pesanku. Jangan tersipu dulu."

Dan ya,
Biru memang Biru dengan semua sikap menyebalkannya.

Tapi aku tetap suka.

"Menyebalkan."

Ketikku,
Dengan senyum kelewat ceria yang kini sudah terpampang dengan sangat nyata di wajah bangun tidurku.

"Ya. Terimakasih juga. Dan jangan sampai lupa hadiahnya."

Dasar Biru.

Aku gemas!

"Ya. Aku pasti tak akan lupa. Dan terimakasih untuk rencana traktirannya."

"Tapi sayangnya, ini bukan acara traktiran yang kamu kira."

"Lalu?"

"Karena ini makan berdua. Hanya kita."

Astaga.

Ayo cepat mandi.

Dan segera berangkat ke sekolah lebih cantik lagi.

Supaya Biru tak menyesal dengan ajakannya,
Karena aku yang akan tampil sempurna untuk makan malam yang lebih awal dari biasanya.

Bakso kantin.

I'm coming!

Biru Milikku ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang