3. Menarik Mata

591 24 3
                                    

Mari kuberitahu bagaimana awalnya,
Kisah singkat ini bisa ada.

*****

Tak hentinya kukibaskan telapak tanganku di sekitar wajahku.

Karena sungguh hari ini matahari sedang bersinar terik sekali,
Sampai dia tak tahu kalau ada yang sudah kelabakan sejak tadi.

Aku salah satunya.

Mengitarkan pandanganku,
Ingin mencari tempat yang mungkin bisa meneduhkanku,
Tapi ternyata satu pemandangan manis justru membuatku jadi terpaku.

Sahabatku masih berada di sisiku,
Dengan tawa jenaka yang membuatnya semakin bersinar di mataku.

"Say ..."

Ah mengingat panggilan itu,
Rasanya kembali menggugah pikiran remajaku,
Bahwa aku dan sahabatku pernah ada pada satu lini yang sangat menyenangkan di masa putih abu-abu.

Walau kini sulit untuk bersua,
Tapi doaku akan selalu menyertainya,
Pun juga dengan dia,
Yang masih sering menyapaku dengan segala curahan hatinya.

"Hm. Apa?" Katanya.

"Itu, siapa?"

"Mana?"

"Laki-laki yang sedang tersenyum manis sekali di depan meja panitia."

Mendengar penuturan singkat dariku,
Sahabatku jelas langsung mengikuti arah pandangku.

"Oh. Dia Biru."

Ya,
Sebut saja dia Biru yang berhasil menyita mata,
Karena siapa dirinya,
Cukup aku saja yang mengetahui kebenarannya.

"Kenapa?"

Aku langsung menahan senyumku,
Supaya sahabatku tak akan menggodaku.

"Tak apa. Hanya presensinya sedikit menyilaukan mata."

"Kamu suka?"

"Memang ada yang tak suka dengan keindahan seperti itu?"

Tawa sahabatku langsung mengudara.

"Mau kukenalkan dengan dia?"

"Memang bisa?"

"Kau meragukanku?"

"Hanya sedang ingin memastikan. Apa tawaranmu itu sungguhan. Atau hanya sekedar bualan."

Tawa bahagia,
Kembali terdengar dengan begitu indah dari sahabatku tercinta.

"Tapi hati-hati."

"Untuk?"

"Patah hati."

Kini,
Giliran aku yang terkikik geli.

"Pikiranmu terlalu jauh."

"Hanya sedang berjaga-jaga. Karena jatuh cinta, itu bisa datang kapan saja."

Ah benar juga katanya.

"Tapi ..."

"Apa?"

"Dia sulit."

"Maksudnya?"

"Semua hal tentang Biru, akan sangat berhasil untuk membuat sakit."

"Memangnya kenapa?"

"Karena dia seperti mendekati sempurna. Dan jelas hal itu akan menyita banyak tenaga, jika ingin menggapainya."

"Aku hanya terpana. Tak langsung memberikan hatiku padanya."

"Tapi kan selalu seperti itu rutenya. Terpana. Memberikan nama. Dihujani dengan begitu banyak perhatian darinya. Jatuh hati semakin lama. Lalu akhirnya, bahagia selamanya. Berdua. Sama-sama."

Tawaku semakin tak bisa kutahan lagi bagaimana lajunya.

"Sepertinya, tontonan princess dan pangeran tampan memang akan selalu jadi favorite sepanjang masa ya?"

Dan sahabatku jelas kembali mengeluarkan tawanya,
Karena dia pasti paham betul maksud apa yang ingin kusampaikan padanya.

"Ya. Tentu saja."

"Walau mungkin tak seindah itu. Aku hanya berharap, bahwa semoga, dia tak akan memberikan sembilu. Apalagi dari seseorang seperti Biru. Yang di pertemuan pertama, bahkan telah sangat berhasil untuk menarik hebat kedua mataku."

Karena ya,
Sering kali yang terjadi memang bukan hanya jalan indahnya saja.

Tapi justru kebalikannya.

Jika bahagia selamanya adalah patokan utamanya,
Maka bisa jadi kebalikan yang akan menyertainya.

Terpana,
Jatuh cinta,
Berharap besar padanya,
Tapi akhirnya ditinggalkan dengan sangat tiba-tiba,
Tanpa sebuah jawaban pasti yang bisa memberikan rasa lega.

Ah Biru,
Semoga kamu tak seperti itu.

Ya?

Biru Milikku ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang