18. Masih Menunggu

39 6 0
                                    

Saat itu,
Waktu sore sudah masuk dalam hariku.

Tapi aku masih bertahan seorang diri,
Setelah sahabatku pergi bersama kekasih hati,
Dan mengizinkan aku untuk tinggal sendirian terlebih dahulu di tempat ini.

"Kenapa tak ikut pulang?"

Aku segera memberikan dengusanku.

"Kalau datang, tak usah mengagetkan. Bisa tidak dilakukan?"

Dia tertawa,
Dengan sangat bahagia,
Seperti biasanya.

"Walau tak berkata apa-apa, kamu juga pasti sudah tahu aku siapa."

Aku terdiam.

Lalu segera melanjutkan kegiatanku yang tadi sempat terjeda.

"Kenapa tak ikut pulang bersama sahabatmu?"

"Apa Kakak tak tahu kalau jadi orang ketiga itu tak nyaman sekali rasanya? Dan aku juga sadar diri untuk tak sampai melakukannya."

Dia kembali tertawa.

"Ah kamu memang sahabat yang baiknya luar biasa."

"Memang."

Setelahnya hening.

Tapi aku tahu kalau Sahabat Biru masih tertinggal di sini karena menungguku.

"Pulang, Kak."

"Iya. Nanti. Kalau kamu juga pulang."

"Aku sebentar lagi."

"Kalau begitu, bersamaku."

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku,
Dan Sahabat Biru pasti sudah bisa langsung paham apa maksudku.

"Tetap kutunggu."

"Ya. Terserah Kakak mau apa. Karena mau ditolak juga percuma."

Tawanya kembali mengudara,
Dan informasi selanjutnya sangat berhasil untuk membuatku jadi sedikit terpaku karenanya.

"Biru sudah kembali."

"Aku tahu."

"Tapi dia belum bisa datang esok hari."

"Aku juga tahu."

"Karena Biru dan segala macam cita-cita masa depannya, memang sering kali membutuhkan banyak sekali tenaga. Dan rencana matang yang seperti tak ada habisnya."

"Karena Biru memang selalu menginginkan segala sesuatu yang ada di sisinya menjadi sempurna."

"Seperti kamu misalnya."

Aku terdiam seribu bahasa.

Bukan tak suka,
Hanya tak ingin melanjutkan rasa yang sedang bergejolak dengan begitu hebatnya,
Sebab aku tak mau sampai membesarkan angan yang belum tahu pasti akan bagaimana jawabannya.

Dan saat Sahabat Biru sudah menungguku di depan pintu,
Aku lekas memberikan senyumanku.

Dan dia sudah tahu,
Kalau aku memang menunggu kedatangan Biru.

Ya,
Biru dan segala rencananya,
Baru kutahu bahwa dia tak pernah ingin ada sela,
Apalagi sesuatu yang tak sesuai dengan rencananya.

Dan semoga,
Walau tak tahu apakah aku berhasil masuk di dalamnya,
Tapi aku ingin tetap berkata,
Bahwa aku tak mau jadi gagal yang ingin Biru singkirkan dalam rencana panjangnya.

Ah Biru memang terlihat istimewa.

Dan ternyata memang butuh sekali banyak tenaga,
Jika ingin bertahan di sisinya.

Biru Milikku ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang