7. Gede Rasa

95 15 2
                                    

Matahari bersinar dengan begitu terangnya,
Tapi tak dengan aku yang sempat menggerutu dengan telapak tangan yang sudah bertengger di atas kepala.

Sejak tadi.

"Ah panas banget si hari ini. Bisa tidak kalau olahraganya diundur saja, walau hanya sekali?"

"Atau, dibatalkan. Itu juga pasti akan terasa sangat menyenangkan."

Itu gumamanku dalam hati,
Yang membuatku jadi ingin sekali untuk terkekeh geli.

Tapi ternyata,
Gerutuanku tentang terik tak bisa bertahan lama,
Saat ada seseorang yang kini telah duduk di sampingku dengan sangat tiba-tiba.

"Hai."

Ah kenapa dia,
Mau pun sahabatnya,
Selalu menyapaku dengan sapaan yang sama?

Terasa sederhana,
Tapi tetap saja berhasil untuk menggetarkan jawa.

Tapi tenang saja,
Tidak semuanya.

Karena bagiku,
Degupan menyenangkan itu,
Masih tetap untuk Biru.

Tak dengan sahabatnya,
Yang kini sudah menghampiriku dengan senyum kelewat bahagia di wajah cerahnya,
Yang membuatku jadi bertanya-tanya,
Apa dia memang telah bersahabat dengan matahari sejak lama?

Ini panas lho.

Tapi kenapa dia masih tetap terlihat begitu ceria?

Hentikan pertanyaanku tentang Sahabat Biru,
Karena saat ini aku harus fokus dengan ucapan tak terduganya itu.

"Itu, Biru."

Aku langsung menghela napas di tempat dudukku.

"Ya. Aku sudah melihatnya."

Tapi Sahabat Biru,
Justru tertawa dengan begitu senangnya di sisiku.

"Biru jomblo lho, sudah lama. Mau jadi pacarnya?"

Yang tadinya lesu,
Aku jadi berbinar sampai mengejutkan pendirianku.

Apalagi ketika Sahabat Biru,
Tiba-tiba melambaikan tangannya sambil berseru,
Sehingga Biru jadi menoleh dengan senyum teduhnya ketika ia kini ikut datang untuk duduk di sampingku.

Ah kalau begini ceritanya,
Aku ingin memaksakan diri saja.

Ya, aku mau. Aku mau jadi pacar Biru!

Cepat.

Sekarang.

Biru Milikku ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang