12. Masih Tak Tahu, Mengapa?

59 8 0
                                    

Kenapa anak IPA,
Harus belajar matematika?

Dan juga,
Trigonometri ini benar-benar melelahkan mata.

Apalagi dengan bilangan juga tanda bacanya,
Ah aku jadi ingin menyerah secepatnya.

Ingin membaca deretan puisi saja dengan tenang,
Supaya aku bisa kembali senang.

Karena sepertinya,
Aku memang tak bisa berlama-lama dengan deretan angka,
Sebab aku pasti akan langsung bosan dengan begitu cepatnya.

"Pusing ya?"

Oh tidak.

Suara ini?

Kenapa harus ada lagi?

Dengan tolehan yang sangat pelan,
Kepalaku memutar untuk melihat seorang laki-laki yang saat ini sudah tersenyum dengan begitu menawan.

Ya ampun.

Jodoh orang kenapa terlihat begitu tampan?

TIDAK.

KURALAT.

DIA JODOHKU.

YANG KUMAU ITU.

jadi anggap saja,
Kalau sebelumnya,
Aku telah salah bicara.

"Iya."

"Soal dari Pak Budi?"

Ya,
Anggap saja,
Pak Budi namanya.

Karena tak mungkin jika aku menyebutkan siapa nama aslinya,
Berabe kalau nanti aku diberi tugas tambahan olehnya.

"Iya."

Oh astaga.

Bisakah aku tak usah berdebar ketika sedang dekat dengannya?

Supaya aku bisa tetap tenang ketika banyak bicara,
Seperti biasanya.

Tapi ini dengan Biru,
Jadi jelas kalau aku pasti akan sulit untuk melakukan hal itu.

Hanya saat ini,
Tak tahu dengan nanti.

"Mau kubantu?"

"Memang bisa?" Tanyaku sedikit tak percaya.

Yang membuat Biru jadi tertawa,
Dengan begitu tampannya.

"Tentu saja, bisa. Aku ini sudah kelas tiga. Jadi jelas kalau aku bisa mengerjakan tugasmu, yang baru kelas satu."

Manis sekali.

Aku terkekeh.

Tapi Biru justru kembali tertawa,
Saat dia sudah menarik buku tulisku dengan sangat tiba-tiba.

"Ini mudah. Dengar ya. Bilangan ini ..."

Dan setelahnya,
Bukan bilangan yang kuperhatikan dengan seksama,
Atau hasil berapa yang harus kutulis dengan segera.

Tapi Biru,
Dengan ekspresi luar biasanya itu.

Yang tetap terlihat tampan,
Walau sedang mengerjakan pelajaran,
Yang bagiku terkadang sangat menyebalkan.

"Bisa tidak?"

"Tidak."

Biru kembali tertawa.

Dan tak apa,
Jika aku dianggap lemot untuk sementara.

Yang penting Biru sedang bersamaku.

Jadi mari bodoh sebentar saja,
Agar Biru mau di sini berlama-lama.

"Oke. Aku ulang ya ..."

Dan ya,
Mari ulang lagi untuk waktu yang lama,
Hingga semua tugas ini bahkan selesai sampai halaman terakhirnya,
Walau Pak Budi hanya meminta untuk dikerjakan bab awalnya saja.

Tapi tak apa,
Ini Biru yang menyelesaikannya,
Jadi aku tahu pasti kalau ia akan mengerjakan semuanya.

Sebab Biru yang aku tahu,
Memang akan selalu berhasil walau banyak melakukan sesuatu,
Dalam satu waktu.

Seperti,
Membuat jantungku jadi berdebar cepat sekali,
Hingga saat ini.

Pak Budi, terimakasih!

Besoknya,
Aku pasti tak akan mengantuk lagi kalau sedang pelajaran matematika.

Karena bilangan menyebalkan ini,
Biru jadi mau menghabiskan waktu istirahatnya untuk menemaniku di sini.

Ah bahagia sekali!

Biru Milikku ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang