13. Harapan Menyenangkan

56 7 0
                                    

Pengumuman.
Untuk seluruh anggota OSIS dan MPK, diharap berkumpul di ruang TRRC, sekarang juga.
Terimakasih.

Pengumuman besar telah menggema,
Dan semua anggota yang diharap ikut serta,
Telah sangat tanggap dan sigap untuk keluar dari kelasnya.

Pun juga dengan aku,
Yang kini telah terkembang dengan sangat sempurna senyum bahagia di wajahku.

Bukan hanya tentang pengumumannya,
Tapi dengan siapa orang yang akan bisa kulihat di sana.

Baru memikirkannya saja,
Senyum bahagiaku semakin menggelitik sampai membuatku ingin sekali untuk tertawa.

Astaga.

Biru,
Ayo bertemu.

Sebentar lagi.

Secepatnya.

*****

Yang ditunggu,
Akhirnya sudah berlalu.

Rapat yang menegangkan,
Kini telah usai dengan sangat melegakan.

Walau dengan tugas baru yang ternyata sangat memusingkan.

"Selamat ya."

Aku langsung memberikan dengusanku,
Pada seorang pria manis yang saat ini sudah duduk tepat di sampingku.

"Ini, pasti, gara-gara kamu."

Dia kembali tertawa.

Dan aku benci,
Ketika harus mengakui.

Bahwa dia justru terlihat semakin tampan,
Serta rupawan,
Dengan tawanya kali ini yang terdengar sedang sangat kegirangan.

"Ya. Memang aku."

Dengusanku kembali tiba,
Tanpa bisa kutahan lagi bagaimana lajunya.

"Sudah kuduga."

Biru kembali memberikan senyum teduhnya,
Walau dengan sisa tawa,
Yang masih tetap bertahan di wajah tampannya.

"Tak apa. Karena aku tahu, kalau kamu pasti akan mampu untuk melakukannya."

Ah tenangnya.

Bahagia juga.

Tentu saja.

Bagaimana Biru selalu berkata padaku,
Bahwa dia percaya dengan setiap kemampuanku,
Dan itu selalu sangat berhasil untuk memberikan kehangatan yang luar biasa mendebarkan untukku.

"Terimakasih."

Dan saat Biru memberikan anggukan kepalanya dengan sangat mantap,
Saat itu juga kami jadi terperangkap dalam suasana berdebar karena sedang saling tatap.

Aku langsung memalingkan wajahku,
Karena aku tak mau Biru sampai tahu,
Kalau saat ini aku sedang berusaha sangat keras untuk menutupi rasa gugupku.

Tapi ternyata,
Biru kembali tertawa.

Jadi aku langsung menutup kedua mataku dengan sangat rapat karenanya.

Sebab aku tahu,
Kalau Biru memang akan selalu bahagia sekali jika melihatku yang sedang tersipu.

"Besok, mau jadi sekretaris, atau bendahara?"

Mendapat pertanyaan tak terduga,
Aku langsung mengangkat wajahku walau dengan degupan hebat yang masih tetap kurasa seperti sebelumnya.

Dan saat aku melihat Biru masih tersenyum dengan begitu tulusnya,
Aku langsung berteriak dalam hatiku sekeras-kerasnya.

Kalau jadi istrimu saja, bagaimana? Bisa?

Ya,
Aku ingin sekali berucap seperti itu dengan berani dan bersuara.

Tapi saat Biru tersenyum kembali,
Degupanku justru jadi berdetak cepat sekali.

Aku mau jadi istrimu saja, Biru. Aku mau!

Andai dulu aku berani berucap lantang seperti itu,
Apa Biru akan benar-benar jadi milikku?

Biru Milikku ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang