20. Berdebar

40 5 2
                                    

Aku sedang mendendangkan sebuah lagu,
Dalam keterdiamanku,
Sambil sedikit menggoyang-goyangkan kepalaku,
Saat tiba-tiba ada seseorang yang menarik penyumbat telingaku,
Dan langsung mendudukan dirinya di hadapanku.

Aku lekas mengangkat wajahku,
Dan saat sudah melihat siapa pria manis yang saat ini sedang tersenyum cerah sekali padaku,
Jantungku langsung berdetak sampai terasa mengalir sampai perutku.

Ah Biru.

Kenapa kedatangannya selalu berhasil mengejutkanku?

Juga jadi kejutan manis yang selalu bisa untuk mendebarkan hatiku.

Biru,
Kamu memang pintar sekali untuk mengoyak pertahananku!

"Sedang apa?"

"Sedang sangat tenang, sebelum akhirnya kamu datang."

"Jadi aku berhasil mengganggu?"

"Ya. Kamu memang sangat bisa untuk melakukannya. Walau hanya dalam sekali coba."

"Jadi, apa aku pergi saja dari sini?"

"Ya. Silahkan saja."

Biru tertawa,
Karena dia pasti tahu kalau jawabanku tadi hanya gurauan semata.

Sebab aku jelas tak akan mungkin bisa untuk menolak kehadirannya.

"Sudah berapa lagu yang selesai?"

Mendapat pertanyaan lagi dari Biru,
Aku segera menutup buku bacaan yang sejak tadi telah setia menemaniku.

"Sepertinya, sudah tak terhitung jumlahnya."

Biru memberikan senyum teduhnya.

Dan hal itu seketika membuat debaran di jantungku jadi semakin meronta karenanya.

Senyum Biru yang seperti itu,
Kumohon hanya untuk aku.

Ya?

"Manis atau berisik?"

"Tentu saja, manis-manis lagunya."

"Seperti kamu ya?"

Aku langsung mengerutkan hidungku,
Sedang mencoba untuk menahan supaya senyum bahagia tak segera terkembang dengan sangat sempurna di wajahku.

Tapi usahaku jadi sia-sia,
Saat melihat Biru mendekatkan wajahnya padaku dengan senyum yang begitu ceria.

"Aku suka."

"Suka apa?"

"Suka kalau kamu sedang merona."

Blush.

Pipiku panas.

Dan semoga warnanya tak semakin kentara.

Karena aku sungguhan takut tak kuat untuk menahan godaan senyuman Biru yang terlihat sangat manis di depan mata.

"Apalagi kalau karena aku penyebabnya."

Biru memang menyebalkan!

Tapi sayangnya tebakannya memang sebuah kebenaran,
Yang tak bisa dielakan.

Tak ingin semakin terlarut dengan debaran yang terasa semakin menyenangkan,
Akhirnya aku mengulurkan satu sumber suaraku supaya Biru bisa turut mendengarkan.

"Mau?" Tawarku.

Tapi ternyata,
Biru memberikan gelengan kepalanya.

"Tidak mau."

"Kenapa?"

"Karena aku takut."

"Ini tidak terlalu keras."

"Aku tahu."

"Lalu?"

"Aku takut ikut merona."

"Maksudnya?"

Aku langsung memasang siap siaga,
Apalagi saat Biru sudah mendekatkan wajahnya dengan sangat tiba-tiba.

"Jangan dekat-dekat. Karena nanti aku pasti tak kuat."

Memang menyebalkan!

Aku kesal.

Tapi aku juga senang.

Memang Biru itu definisi godaan manis yang tak bisa disingkirkan!

Karena pengaruhnya luar biasa mendebarkan.

"Kalau begitu mundur."

"Tapi sudah terlanjur nyaman rasanya. Jadi dilanjutkan saja, ya?"

Ah Biru!

Jangan buat aku jadi semakin ingin maju untuk memilikimu!

Memang menyebalkan!

Berhenti berucap kode untuk dipecahkan,
Cepat ungkapkan,
Supaya aku tak jadi semakin ingin menaruh sebuah harapan!

Biru Milikku ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang