Beberapa hari yang lalu,
Aku memang sempat berkata bahwa aku ingin bertemu,
Dengan Biru.Tapi aku tak menyangka,
Kalau waktunya,
Akan datang dengan begini cepatnya.Walau masih saja terkejut luar biasa,
Tapi nyatanya,
Aku telah tiba di sini sejak lama.Bahkan sebelum pelaku utamanya datang dan menampakan wajah rupawannya.
Ah lupakan Biru,
Dan bagaimana dirinya yang akan sangat berhasil untuk mengguncang hati dan pertahananku.Karena saat ini,
Akan lebih baik jika aku harus mempersiapkan diri,
Supaya aku tetap teguh dan tak mudah lagi untuk melunakan hati."Sendiri?"
Walau waktu telah berlalu cukup lama,
Tapi aku tetap saja mengingat dengan sangat jelas bagaimana suaranya.Suara siapa,
Yang saat ini sudah duduk tepat di hadapanku dengan tawa bahagianya,
Seperti hari biasa,
Ketika dulu dia senang sekali mendatangiku dengan semua tingkah jahilnya."Iya."
"Kenapa datang sendiri?"
"Memangnya, aku harus dengan siapa?"
"Kenapa tak datang bersama Biru?"
Ah nama itu.
Ingin sekali aku untuk bisa menghilangkannya dari ingatanku.
Tapi tetap saja,
Belum bisa.Aku diam seribu bahasa.
Dan aku tahu kalau Sahabat Biru pasti akan segera melontarkan rasa penasarannya.
"Kenapa tak bersama Biru?"
"Kenapa aku harus dengan dia?"
Aku balik bertanya,
Dan Sahabat Biru segera menghela napasnya."Kalian ada masalah?"
Aku tertawa,
Bukan bahagia,
Hanya sedang menertawakan diriku yang ternyata masih saja lemah jika berkaitan dengan dirinya."Mungkin hanya aku yang menganggapnya seperti itu. Tak dengan Biru."
"Maksudmu?"
"Tak apa. Hanya lupakan saja. Dan jangan tanyakan lagi tentang dia."
"Kalian bersama kan?"
Aku meringis sakit.
Seperti hatiku kembali teriris dengan sangat perih.
Bersama?
Ah rasanya ingin sekali untuk tertawa ketika mendengarnya.
"Aku dan Biru, itu hanya. Karena tak pernah menjadi kita."
Aku memberikan tatapan lekatku,
Untuk Sahabat Biru.Dan tepat setelah aku mengatakan hal itu,
Pelaku utama yang paling sangat ingin kuhindari juga tiba di hadapan kedua mataku."Apa maksudnya?"
Aku terkekeh sinis.
"Kenapa tak bertanya saja pada sahabatmu? Kenapa harus mencecarku?"
"Tapi Biru benar-benar sendiri. Tak pernah dengan siapa-siapa sampai selama ini."
Aku kembali menertawakan kebodohanku,
Yang masih saja ingin mengeluarkan air mataku,
Saat melihat Biru kini jadi terdiam di hadapanku.Ah,
Dasar lemah!Aku diam saja.
Dan Sahabat Biru sepertinya mulai menyadari kehadiran tokoh utama yang sejak tadi telah dibicarakan olehnya.
"Ayo pulang. Sekarang."
Aku bangkit berdiri dari dudukku,
Tapi tak mengindahkan sikap manis Sahabat Biru yang telah menyampirkan kain hangat di bahuku.Ternyata,
Sahabat Biru juga masih tetap sama.Yang walau lebih banyak banyolan yang keluar darinya,
Tapi sikapnya tetap jauh lebih hangat daripada perangainya.Tapi maafkan aku.
Karena saat ini aku benar-benar sedang tak ingin berurusan dengan semua hal yang berkaitan dengan Biru.
Pun juga dengan sahabatnya yang sebenarnya sama sekali tak pernah memberikan pilu untukku.
"Lebih baik temani sahabatmu. Jangan dengan aku."
Dan saat aku mengembalikan kain hangat miliknya,
Sahabat Biru langsung memandangku dengan tatapan sendu yang tak terbaca.Tapi lagi-lagi maafkan aku.
Maaf karena kini aku lebih mementingkan rasaku.
Karena lukaku saja masih terasa sangat menganga,
Lalu bagaimana aku bisa bersikap seolah sedang baik-baik saja,
Di saat pelaku utamanya sudah hadir tepat di hadapan mata?Sepertinya,
Aku memang masih tetap belum bisa.Karena ternyata,
Aku masih jadi seorang gadis yang harus tetap berusaha,
Untuk menyembuhkan kecewa,
Serta luka yang masih berdiam di dalam hatinya.Sendiri saja.
Tak dengan pelaku yang telah tega menyebabkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru Milikku ✔
PoesiaJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** [COMPLETED] - KUMPULAN PUISI - Menyelami lagi, ...