Senyum bahagia tercetak dengan begitu sempurna.
Begitu juga dengan tawa yang tak henti-hentinya mengudara.
Pun tak lupa,
Bagaimana dengan debaran hangat yang sangat berhasil untuk menggetarkan jiwa.Debaran menyenangkan,
Yang terasa begitu menenangkan.Bukan lagi debaran mengejutkan,
Yang akhirnya justru memberikan sesak yang begitu menyakitkan.Karena kini,
Bukan lagi janji,
Tapi benar-benar telah menjadi sebuah bukti.Dari dua orang yang telah sama-sama bersedia,
Bahwa nantinya,
Akan sama-sama menjaga satu sama lainnya,
Pada sebuah mahligai yang semua orang sebut sebagai rumah tangga."Bahagia?"
Tanpa perlu berpikir lama,
Aku jelas segera memberikan anggukan kepala."Tentu saja."
Dan hatiku kembali berdebar,
Ketika senyum tampannya seketika menguar,
Lalu sangat berhasil membuat jantungku semakin bergetar."Mas juga."
Kesekian kalinya,
Debaran menyenangkan ini kembali ada.Dan itu karena dia.
Pria tegas yang sangat berhasil mencuri hatiku dengan sikap tak terduganya.
Pria dingin yang ternyata begitu hangat ketulusannya.
Pria bermulut tajam,
Yang ternyata lembutnya sangat berhasil membuatku jadi bungkam,
Dan selalu terdiam.Karena tak menyangka,
Bahwa ternyata dinginnya hanya di luarnya saja,
Sebab di dalam hatinya,
Dia menyimpan kehangatan dan ketulusan yang tak terkira jumlahnya."Terimakasih karena sudah menerima Mas."
"Bukan, Mas."
"Kenapa bukan?"
"Karena aku, yang harusnya mengucapkan kalimat itu."
Pria dingin itu kembali memberikan senyum hangatnya.
"Tak mau kalah ya?"
"Kan belajar dari Mas."
Kini,
Tak dia sendiri,
Sebab aku juga ikut memberikan senyum bahagiaku dengan sepenuh hati."Terimakasih karena sudah berani datang, di saat kita bahkan tak pernah saling bertukar kabar."
"Ya. Karena dari penolakan yang dulu, Mas tak mau menerima sesak yang terasa sangat pilu. Jadi kini, Mas segera ke mari. Supaya tak lagi menahan rindu."
Aku langsung tertawa.
"Sekarang sudah tak sendiri ya?"
"Tentu saja. Karena dari saya dan anda, segera, akan menjadi kita."
Ya.
Bukan lagi aku atau kamu.
Apalagi saya dan anda.
Melainkan kita.
Yang dulu jadi sesuatu yang amat terasa sulit ketika bersama Biru,
Kini jadi hadiah besar paling membahagiakan yang sangat berhasil mengejutkanku.Sebab aku tak pernah menaruh harapanku,
Tapi dia justru datang untuk meminta diriku.Jadi terimakasih, Mas.
Terimakasih karena telah datang secepat yang tak pernah aku kira.
Terimakasih karena telah meminta,
Padahal dulu aku tak berani untuk meneruskan rasa terpesona.Jadi ayo.
Mari jadi kita,
Bukan untuk sementara,
Tapi semoga untuk selamanya.Karena kamu telah berhasil membuatku terpesona,
Lalu segera bersedia untuk menjawab iya.Jadi harus tanggungjawab ya?
Tetap jadi priaku untuk seterusnya.
Karena kamu bukan Biru,
Jadi jatuh cintaku,
Jelas lebih besar dan dewasa dari yang dulu."Ayo makan pagi. Karena Mas sudah nggak sabar mau nyobain lagi masakan calon istri."
Tawaku kembali mengudara.
Ya.
Calon suami.
Sekarang bukan lagi Biru yang selalu menghantui,
Karena kini aku sudah jadi calon istri,
Untuk pria dingin yang sangat baik hati.Bukan Biru lagi si baik hati.
Karena kini priaku yang jadi paling istimewa di hati.
Karena dia tak pernah memberikan janji,
Tapi hadirnya telah sangat berhasil menjadi sebuah bukti,
Bahwa memang dia jawaban dari semua doa-doaku selama ini.Lekas berdiri dari dudukku,
Aku segera memberikan senyumanku,
Untuk pria dingin yang kini telah jadi belahan jiwaku."Ayo, Mas."
Ya.
Ayo sama-sama.
Untuk membangun bahagia bersama.
Dan menghadapai semua sedih yang mungkin saja akan datang menerpa.
Tetap jadi baik ya, Mas.
Walau kamu memang dinginnya pernah tak terkira,
Tapi aku tetap saja suka,
Dan makin jatuh cinta 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru Milikku ✔
PoesiaJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** [COMPLETED] - KUMPULAN PUISI - Menyelami lagi, ...