Sebuah mobil berlogo tiga cincin bertautan menggeleser pelan melewati pertamanan komplek. Di sana nampak kerumunan kecil, dua orang fokus mengarahkan ponselnya pada sosok berkostum pink yang tengah cuap-cuap ala penyiar kuis, merecoki beberapa orang yang tengah sibuk membersihkan selokan di pinggir taman.
Kaca mobil kece itu terbuka seiring bunyi klakson, sang pengemudi yang tak kalah keren dari tunggangannya, melambaikan tangan sebelum melajukan kembali si kuda besi.
"Nah, tuh Ndoro Giandra, bukan?" tanya Komar, petugas taman sembari mengamati hasil videonya di ponsel. Si perempuan berpasmina pink mengangguk bangga.
"Bersahaja banget kan Ndoro gue? Udah ganteng, kaya, pinter ... nggak sombo ....." Ucapannya terhenti tatkala seorang menoyor kepalanya.
"Mukanya kagak usah centilan gitu! Jijik gue!" oceh Juki memasang wajah ngeri.
"Itu kode kalau lu mau peka! Lu disuruh pulang, digaji bukannya jagain pagar, malah keluyuran!" Komar menyahut.
"Lu pikir gue Herder! Ndoro gue mah terdebes, selain ganteng ampun-ampunan, orangnya juga buaikkkkkkkkkknya ... tujuh tanjakan, delapan belokan, kek warisan nggak abis-abis terkikis," kikik Munah geli, sebangsa mbak-mbak yang demen nangkring di pohon beringin.
"Lagian gue ini nggak lagi main, gue tengah belajar bikin konten. Gue juga lagi bersosialisasi ... bergaul lintas kasta. You know!" lanjutnya dengan dagu terangkat.
"Maksod looohh." Serentak Komar dan Juki berteriak sambil melotot ke arahnya.
Munah meringis, mengacungkan dua jari melihat gelagat Juki yang hendak mengayunkan tripod ke arahnya.
Untung Munah diciptakan nggak jadi sultan, ngadi-adi kelakuannya.
#ceritamunah
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Munah
HumorMengapa memuja kasta jika hakikatnya manusia adalah sama. Kisah Ndoro dan asisten.