"Nah ... Nah, Munah."
Suara panggilan berkali-kali dilayangkan pada pemilik nama yang nampak kusyuk komat-kamit layaknya dukun merapal mantra sembari mondar-mandir di teras belakang.
"He, iy, iya, ini ... Ndoro." Panggilan ke tiga, barulah Munah tergagap, tersadar kalau ada yang mengajaknya bicara.
"Kamu ngapain? Itu kompor nyala, jangan lupa!"
"He, saya lagi nganu, ngapalin ... butir-butir tata tertib komplek." Munah meringis memamerkan gingsulnya. Si pemuda mengernyitkan dahi, seolah bertanya demi apa?
"Anu, Ndoro. Saya, Mince dan Elis kan ditunjuk mewakili Blok D untuk lomba cerdas cermat hari jadi komplek Mayapada Regensi," ucap si gadis berhijab polkadot berbangga.
"Doain, menang ya, Ndoro, ini membawa nama baik para asisten Blok D, lho," ucap Munah tak kalah serius, layaknya sedang berjuang menjadi juara di kontes putri-putrian.
Sang tuan menghela napas pelan, "Yang penting itu bukan hapalannya, Nah, tapi patuhi dan amalkan satu demi satu," ujarnya serius.
Munah manggut-manggut sembari berohria.
"Tapi ... kalau hapal akan lebih ... salut," lanjutnya.
#ceritamunah
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Munah
MizahMengapa memuja kasta jika hakikatnya manusia adalah sama. Kisah Ndoro dan asisten.