Empat Belasan

423 34 2
                                    

Si pemuda mengamati penampilan gadis yang hari ini mengenakan pakaian dengan asesoris bernuansa merah jambu. Dahinya mengernyit. Heran.

"Rumah udah beres, saya izin ya, Ndoro. Udah janjian ama Mince, Nurul, ama Surti. Sore ini mau empat belas pebruarian."
Munah tersipu.

Sang tuan mengangguk, netranya sudah kembali menekuri layar datar di hadapannya.

**
Lima belas menit kemudian, terdengar langkah kaki mendekat.

"Kenapa lagi?" tanya pemuda yang nampak riweh dengan berkas-berkas di mejanya.

"Nggak jadi, Ndoro. Ujan gede. Pohon di jalan Adenium tumbang. Gerbang komplek ditutup. Ojolnya ndak bisa masuk," jawab Munah lesu.

Si Ndoro mengalihkan pandangannya,
"Yaudah, sana nyanyi-nyanyi aja, saya rikues lagunya ambyar. Udah cocok ama dandananmu," ucapnya panjang dan datar.

Mata gadis itu berbinar, "Saya boleh karauke? Ya, ampun ndoro baik beud, makasih." Rautnya memancarkan perasaan bahagia lahir batin. Haha, lebay.

"Setengah jam aja!" teriak sang tuan entah terdengar atau tidak, Munah udah terlanjur ngibrit saking girangnya.

Selanjutnya suara cempreng membahana di penjuru ruang. Pemuda dengan wajah lelah itu menghela napas, kemudian meletakkan kertas-kertasnya.

KusumaCantik
15022020

Cerita MunahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang