Lombok Ijo

146 17 0
                                    

Pagi ini roman sang tuan terlihat begitu segar dan berkilau, memancarkan aura kasih *eh aura ningrat (bukan endorse batik). Pasalnya motif batik parang begitu pas melekat di badannya. Kontras dengan wajah nan rupawan.

Dia nampak celingak-celinguk di ruang makan. Roti tawar dengan selai blueberry dan sop asparagus, ditemani teh hangat aroma Jasmin sudah tersaji cantik, pasrah tuk disantap. Hmmm, kira-kira nikmat seperti ini akan digadaikan juga nggak?

"Naah ...." Dengan tatapan menyapu sajian di atas meja.

Yang dipanggil menyahut dari arah dapur kotor yang letaknya agak ke belakang. Terdengar gemericik air dan pecah belah beradu, sepertinya si pemilik suara tengah membersihkan perkakas masak-memasak barusan.

"Ya ... Ada apa, Ndoro?" Tergopoh-gopoh menyambangi sang tuan.

"Emm, makanan yang kayak kemarin mana?"

Munah dengan wajah bingungnya, menatap sang tuan seolah bertanya. Maksud lu yang mane?

Sang tuan menghela napas, "Makanan yang kayak kemarin, Nah. Itu ... yang banyak cabenya."

Bola mata Munah menatap ke atas, bukan nyari cicak ya, itu gaya si Munah kalau lagi mikir keras. "Ahaa, yang pas tanggal merah? Itu sayur lombok ijo, Wonogiri punya dong," jeritnya bangga.

"Ndoro doyan?" Munah nyengir kambing "Eh, sukaaa yaa?" godanya sembari kedip-kedip bulu matanya yang nggak lentik.

Sang tuan melengos, lalu menyambar secangkir jasmin yang tak lagi memanas.

"Yaudah, besok saya buatin ... spesial buat Ndoro. Hehe, tapi ada syaratnya!" tawar Munah memasang wajah serius.

Dahi si Ndoro berkerut tipis, tanpa berkata-kata beranjak meninggalkan Munah sembari menggelengkan kepala.

"Ndoro, hiihhh." Kesal diabaikan, Munah menghentak-hentakkan kakinya.

*

"Ndoro .... Ihh, ini rotinya dibawa dulu buat bekel ke kantor. Baru besok saya masakin Lombok ijo."

"Munah! Saya tuh bossnya! Kenapa jadi kamu syarat-syaratan!" semprotnya ketus.

Ditariknya sekotak bekel berwarna biru di tangan Munah, kemudian berlalu menuju mobil.

"Hehe, dasar jomb**! Ambekannya gede! Sok marah, tapi dimamam uga. Untung cakep, hihi," Munah terkikik geli, menutup gerbang sembari bersenandung "Kartonyono Medhot Janji".

#ceritamunah

Cerita MunahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang