Ekspresi
"Ra maido sopo wong sing ora kangen
Adoh bojo pingin turu angel merem
Ra maido sopo wing sing ora trenyuh
Ra kepethuk sawetoro pingin weruh
Percoyo aku, kuatno atimu
Cah ayu entenono tekaku"Sayup-sayup suara khas biduan ngetop terdengar.
"Nah ... Munah!" teriakan disertai ketukan pintu berulang terdengar sedikit gaduh di malam hari yang semestinya bersemedi dalam sunyi.
Sepuluh menit berlalu, kurang lebih satu putaran lagu selesai. Pintu terbuka....
"Iy, iyaaa, ... eh. Emm, Ndoro mau saya ... apain? Eh." Munah meringis memasang wajah tanpa dosanya. "Maksudnya, dibikin kopi? Teh? Dibuatin makan? Di ... nganu?" Si Ndoro memelototkan matanya. Tetap saja ... sih, ngganteng terlalu.
"Kamu tahu ini jam berapa?" sembari menunjuk benda hitam mahal melingkar di pergelangan tangannya yang seksi. Halah.
Munah masih bertahan dengan gayanya yang nggemesin. Eh, bukan sih, tepatnya njengkelin."21.15, menit," ucapnya mengeja setiap angka yang terpampang nyata.
"Udah malam, Munaah. Waktunya orang istirahat," ucapnya tak sejutek sebelumnya. Nada turun satu oktaf. Mungkin dia lelah.
"He, makasih Ndoro perhatiannya, tapi nanggung, Ndoro. Saya habiskan tiga lagu lagi ya, yaa ... boleh yaa.... pliss." Nah sekarang gayanya merajuk kek ama pacar.
Pria dengan binar mata yang mulai meredup, sisa 0.5 watt plus ambut acak-acakan sebentar-bentar menguap.
"Saya yang butuh istirahat, Nah. Besok ada rapat pagi dengan klien." Ndoro sedikit melongokkan kepala, layar datar tertempel di dinding masih menayangkan sosok "The God Father of Broken Heart".
Munah garuk-garuk kepala, merasa nggak enak juga dengan tuannya yang keliatan lelah maksimal.
"Tiap malam nyetel begitu, nggak ada bosen-bosennya," gumamnya lagi.
"Loh, Ndoro ini salah satu cara saya sebagai WNI mengekspresikan budaya. Cara saya bangga dan cinta, ya saban hari nyanyiin supaya tetap lestari, walau saya K-Poper sejati. Hiks. Orang asing aja bangga, masak kita malah nggak. Ya, kan, ya, kan ....?" Orasi Munah berapi-api layaknya di somposium ilmiah. Haks.
Sudut bibir pemuda yang sudah sangat merindukan alam mimpi itu sedikit tertarik ke atas. Pinter juga si Munah. Pinter ngeles.
"Hoamm ... yaudah deh, saya kasih perpanjangan waktu. Selesein satu putaran lagi," ujarnya, berlalu tanpa pamit. Malas berdebat dalam kondisi ngantuk.
"Terima kasih, Ndoroku yang ... ngganteng. Eh."
#ceritamunah
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Munah
HumorMengapa memuja kasta jika hakikatnya manusia adalah sama. Kisah Ndoro dan asisten.