Sudah Kembali

197 8 0
                                    

How-how you like that?
You gon' like that, that-that-that-that, that, that, that, that
How you like that? (bada bing, bada boom, boom, boom)
You gon' like that, that-that-that-that, that, that, that, that

Hentakan musik dari grup yang lagi ngehits diputar berulang menjadikan kediaman bernuansa hitam putih yang biasanya lengang berganti meriah. Kali pertama riuh memancar kembali dari sebuah kamar setelah tiga bulanan berselimut hening. Di antara alunan musik sayup terdengar sahutan suara turut berdendang.

Pintu kamar diketuk beberapa kali dari luar. Gadis berkulit coklat itu terhenyak, mengecilkan volume layar lalu menyambar bergo berlari membuka pintu. Sosok cool dengan tatapan datar menjulang di depan mata, sekejap Munah kikuk, kegap membuat kegaduhan.

"Eh, Ndoro udah pulang?" Munah meringis. "Makan siang udah beres, menunya sesuai rikues. Ndoro mau makan sekarang?" tanyanya memecah kecanggungan.

Pemuda berkemeja biru tua itu mengangkat tangan pertanda tidak berkenan. Munah mengangguk.

"Nanti! Saya mau istirahat. Kaget aja, ramai banget kirain ada yang berantem ama tukang sayur di dalam," ujarnya tanpa ekspresi.

Seketika mata si gadis membulat, tapi hanya sedetik, Munah masih ingat cara bersikap sopan. Padahal rautnya jelas tidak terima suara serak seksinya ala Raisah disamain teriakan emak-emak dengan tukang sayur.

"Em, kamu udah lupa campur sarian?" tanya si tuan dengan muka serius.

Semudah membalikan telapak tangan, rona Munah berubah berseri penuh warna laksana taman bunga di jalanan ibu kota, "Ecie ... Ndoro yang sobat ambyar uga. Mau rikues Cidro? Bisa kok ...." Semangat berkobar di maniknya. Percaya diri tingkat bidadari.

"Mengheningkan cipta, bisa?" sahut si pemuda.

Dahi Munah berkerut, mencoba memahami. "Kamu cukup diam, menundukan kepala sembari doa dalam hati!" Kini bola mata Munah melotot nyaris saja lompat dari rongganya. Ia sudah lupa bagaimana menjaga kesopanan.
Berbanding terbalik dengan raut santai pemuda yang tak ambil pusing kekesalan lawan bicaranya. Kemudian tergelak lalu melangkah ringan meninggalkan Munah dengan tawa kecil.

"Ngiri bilang bos! Kalo pengen didoain di upacara kek para pahlawan supaya istirahat dengan tenang di sana? Husshh!" Munah menutup mulutnya dengan telapak tangan. "Astaghfirullahaladzim ..., ampuni mulut Munah ya Allah. Huh! Untung ngganteng, dimaafkan deh ... reseknya!" rutuk Munah panjang, sepanjang jalan kenangan bersama calon gebetan

#ceritamunah

Cerita MunahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang