Wanita berwajah oval itu tersungut-sungut sembari mengamati kertas di tangannya. Romannya berubah-rubah seolah menilai sesuatu. Buru-buru mengalihkan pandangannya, ketika sosok berkemeja navy telah berdiri di teras.
"Ndoro ... ini ... apa?" disodorkannya secarik kertas pada pemuda yang nampak rapi.
"Itu, raportmu 2019, Nah," ujar si maskulin cuek.
Munah melongo, tanpa berkedip menatap kosong sang Tuan. Linglung.
"Nah, Nah ...," si Ndoro menjentikkan jarinya di depan wajah Munah. Menyadarkan lawan bicara yang sukmanya tengah mengembara.
"Kok ... kebakaran gini, Ndoro? hiks." Wajah Munah mendung dengan kaca-kaca menghias netra.
"Eemm ... So, masakan enak, telaten rawat kesayangan saya (ikan-red), nggak takut sama kecoak, nggak pernah lupa kasih makan ular di kandang belakang, kerapian mayan ... ke ...."
"Nah, nah ... kan Ndoro, terus kenapa ....?" serobot Munah menggebu.
"Kamu telatan! Berapa kali saya gedor-gedor pintu buat bangunin kamu, hah!" skak mat sang Tuan.
Bahu Munah merosot, kenyataan yang dikatakan si Ndoro tak salah, tapi tak juga benar. Heleh.
"Resolusi 2020, stop nyanyi-nyanyi cendol dawet semalam suntuk!" Pemuda jangkung itu menggeleng.
Belum sempat Munah membalas, si Ndoro udah berlalu menuju mobilnya.
"Satu lagi ... kurangi nonton sinetron halu," teriaknya sebelum masuk mobil.
"Halu? drakor maksudnya? Huh! Bilang aja posesif ... ngiri sama Lek Min, huh!" rutuk Munah cengar-cengir kibas poni.
#ceritamunah
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Munah
HumorMengapa memuja kasta jika hakikatnya manusia adalah sama. Kisah Ndoro dan asisten.