Siang yang panas, di teras rumah bergaya minimalis, gadis berperawakan sedang nampak mondar-mandir kayak gagang pel. Pintu gerbang masih tertutup rapat, terkunci dari dalam.
Tubuhnya setengah meloncat, saking kagetnya mendengar deheman pemuda yang tiba-tiba menjulang di belakangnya.
"Eh, Ndo ... ro." Dengan gerakan cepat si gadis mundur ke belakang, seolah siaga memberi jarak, lalu meringis menyiratkan maaf.
Sang tuan hanya membalas dengan tatapan datar.
"Teh saya mana?" Sembari memindai situasi di sekelilingnya, memastikan sesuatu."Oh, sudah saya taruh di meja kerja Ndoro." Si pemuda mengerutkan dahinya, tecetak heran. Sudah menjadi kebiasaan secangkir teh di pagi hari diletakkan di meja makan, bukan di meja kerja.
Munah menggaruk kepalanya, "Hehe, Ndoro kan kerja di rumah, jadi biar ndak repot bolak-balik."
"Trus kamu ngapain di sini?!" tanya sang tuan dengan tatapan menyelidik.
"Hii, saya bete ... Ndoro, gegara nggak boleh pergi-pergi jadi nggak bisa ketemu Mince, Nur, juga Juki." Munah mulai merajuk, melupakan kalau pemuda mbangir di depannya bukanlah Juki sahabat sejiwanya. Hiks.
Pemuda itu menghela napas, "Coba sinikan hapemu!" titahnya.
Dengan patuh Munah mengangsurkan hape bernuansa pink, lalu cekatan sang tuan mengusap-usap layarnya, "Kamu tahu berita di tivi kan, Nah. Kalau anjuran di rumah aja saat ini penting, supaya terhindar dari penularan virus yang mahir berpindah dari manusia satu ke lainnya," ceramah si pemuda panjang sepanjang jalan kenangan. Eaak.
"Ya, sabar aja, nggak lama kok. Kalau seluruh masyarakat taat, semua nanti akan kembali normal. Bisa jalan-jalan, berbaur sama temanmu lagi." Dikembalikannya hape ke pemiliknya setelah beberapa saat diutak-atik.
"Itu, sudah terinstal aplikasi "Rumah Belajar", cara belajar online yang asik dan menghibur. Biar kamu makin pinter."
Munah terbengong-bengong, "Yah, sekolah lagi dong saya Ndoro?" Pias sudah wajahnya.
Tuannya mengangguk serius.
Detik berikutnya, mata Munah berbinar, "Aha, kalau belajar mah ... saya sama Ndoro aja. Kan Ndoro nggak sibuk sekarang, yaa... yaa." Nah kan, merajuk lagi plus kedip-kedip kayak kelilipan lipan. Bener-bener kelakuan si Munah dah.
Sang tuan mundur beberapa langkah, "Sorry ya, Nah ... kita harus so-cial dis-tan-cing, ja-ga ja-rak!" tukasnya penuh penekanan, kemudian berlalu meninggalkan Munah yang bibirnya komat-kamit memantrai majikan supaya kepelet ... dalam mimpi.
#ceritamunah
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Munah
HumorMengapa memuja kasta jika hakikatnya manusia adalah sama. Kisah Ndoro dan asisten.