Sarapan

560 45 2
                                    

"Nah," panggil pria yang sudah rapi dengan pakaian kerja. Sontak yang dipanggil menyahut gugup, segera bangkit dari posisi "ndodok" di lantai. Sesaat si maskulin terkejut.

Di tangan Munah sepiring penuh lauk dan nasi tertata rapi. Wajahnya pias, menunjukkan rasa bersalah. Takut dan cemas menjadi satu.

"Maaf, Ndoro," gumamnya dengan muka tertunduk.

"Emm ... Nah, kamu beresin aja mejanya. Saya nggak sarapan. Ada rapat pagi." Pemuda itu segera berlalu tanpa menunggu jawaban Munah yang masih terpaku.

Setelah beberapa saat mesin dipanaskan, sedan BM* putih perlahan bergerak.

"Ndoro ... Ndoro!" Munah berlari kecil berusaha menghentikan laju si kuda besi. Berhasil, berhasil! Mobil terhenti, si pengemudi menurunkan kaca.

"Ada apa, Nah?" tanyanya heran.
"Eh, nganu, Ndoro ... Ini bekalnya." Diulurkannya sekotak wadah yang lagi ngetop di kalangan mak-mak. Hehe, perjaka punya juga dong. Jangan-jangan hadiah dari mak-mak *eh.

"Ini masakan perdana saya, Ndoro kudu nyicipin. Kata bapak saya, masakan Munah termaknyuss se Wonogiri lho, hihi," kikiknya bangga dengan mata merem melek kek klilipan cicak.

"Oke, makasih, ya," ujar si pemuda dengan senyuman gulanya.

"Oya Nah, besok lagi kalo makan jangan ngesot di lantai gitu. Kesian tuh kursinya mewek kamu anggurin."

Di antara suara deru mobil yang semakin menjauh, Munah masih membisu.

"Ya, ampun, si bujang so suit bingit. Demi apa coba? Kursi aja diperhatiin, apalagi akyu. Uluh-uluh." Munah senyum-senyum gak jelas, lalu melangkah ke dalam rumah setengah melompat.

10022020
KusumaCantik



Cerita MunahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang