Bakda Maghrib.
"Ndoro, ntar malem abis sholat Isya dan tarawih, saya izin ya."
Pemuda itu mengerutkan dahi, menaruh buku yang tengah dibacanya di atas meja.
"Mau ....?"
"Saya mau nonton wayang, udah janjian ama Juki dan Mince. Kan Munah harus mencintai budaya Indonesia, kata Ndoro," jawab Munah mantap plus bangga.
"Kan lagi dilarang ke mana-mana?" tanya si pemuda datar.
"Ndoro tau Super Junior kan?" Kan, ditanya apa balas apa! Munaahhh!!!!
Munah meringis, menyadari sesuatu, "Iya ding, Ndoro mana paham Koreaan ... Ndoro kan pahamnya Bilget dan kemelut teori konspir***."
Seketika mendapat lirikan tajam setajam silet tuannya.Munah menggaruk-garuk kepalanya,
"Hehe, Super Junior aja ngadain konser virtual ... itu lho Ndoro konser online. Nah ini juga channel budaya juga ngadain pertunjukan wayang virtual! Jadi saya tuh nggak perlu ke mana-mana," cerocos Munah lagi, berbait-bait layaknya menjelaskan sesuatu hal mustahil pada si Juki, sahabatnya.Yang hanya dibalas dengan tatapan jengah si pemuda, mungkin gatel pengen sleding si Munah biar sadar, tapi nanti kena pasal penganiayaan.
"Ndoro ... mau nonton juga? Saya bagi linknya ya? Ya?" Hanya majikan yang tahan uji yang punya asisten macam gini. Hiks.
"Nggak usah, saya mau Ndarus!" sahut Ndoro yang kepalanya udah keliatan berasap, bentar lagi kebakaran, lalu meninggalkan Munah yang melongo tanpa paham salahnya di mana.
#ceritamunah
Koleksi Museum Radya Pustaka
Solo
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Munah
HumorMengapa memuja kasta jika hakikatnya manusia adalah sama. Kisah Ndoro dan asisten.