Gyan & Hyuna

18.9K 1K 56
                                    

"Kamu tau,mas, ini adalah kehamilanku yang kedua,"

Gyan membelalakkan matanya kaget "A-apa? Apa maksud kamu?Gimana bisa?"

"Tiga bulan pernikahan kita,saat kamu ngehadirin seminar di luar kota,kita— aah tepatnya aku,kehilangan anakku,yang bahkan aku baru tau dia ada setelah dia tiada,"
Hyuna menatap ke luar jendela kamar rawatnya,menarik nafas panjang untuk melerai sesak di dadanya. Menceritakan tentang kehilangan bayinya samaa saja mengorek-ngorek luka yang belum dan tidak akan pernah sembuh di hatinya. "Waktu itu aku sendirian di rumah tiba-tiba ngerasa sakit perut yang sakitnya luar biasa,aku bingung,aku telpon kamu tapi nomer kamu gak aktif,sementara itu tiba-tiba aku berdarah,karena aku gak tahan lagi aku nekat ke rumah sakit sendiri,sampai di rumah sakit darah yang keluar bukan lagi darah yang cair,tapi darah yang bergumpal-gumpal,dan aku segera di tangani dokter. Dan setelah selesai di periksa tau gak dokter bilang apa? Aku keguguran,janin ku yang masih berumur empat minggu meninggal,"

Gyan menatap lekat Hyuna dengan wajah yang sudah penuh dengan airmata. "Na,aku—

"Biar aku selesaikan dulu ceritaku mas!"

Gyan mengangguk.

"Waktu liat USGnya aku hancur banget,mas. Ngerasa aku jahat banget,aku ngerasa bersalah,bisa-bisanya aku gak nyadar kalo ada nyawa lain yang berharga di dalam perutku. Aku gagal jadi ibu bahkan sebelum dia lahir, aku jahat banget sama si kakak. Selama seminggu aku harus bolak balik rumah sakit untuk check up,SENDIRI. Aku gak tau harus berbagi sama siapa,sebisa mungkin aku tahan semuanya sendiri sampai di mana aku pernah rasanya pengen banget mati. Aku mikir kalo aku mati aku gak akan merasakan apa-apa lagi. Gak perlu ngerasain sedih lagi,gak akan ngerasa takut lagi. Hidupku menyedihkan banget ya,mas. Sejak lahir sampe sekarang rasanya aku selalu mencoba berbuat yang terbaik dan berusaha maksimal,tapi kenapa aku harus selalu berakhir dengan menyedihkan. Padahal aku cuman ingin menjalani hidup dengan baik,"

"Kenapa—kenapa kamu gak pernah cerita sama aku?"

"Apa akan ada yang berubah kalo aku ngasih tau kamu, Mas?"

Gyan menatap lekat manik mata Hyuna yang anehnya tidak ada setitikpun airmata.

"Dia anakku juga."

Hyuna tersenyum masam "Apa ini bentuk rasa bersalah Mas? Kalo iya aku sarankan, jangan. Jangan ngerasa bersalah. Kamu gak salah, hanya aku yang salah di sini. Lagipula aku sudah terbiasa menghadapi semua masa sulit sendirian."

"Kenapa kamu harus berpura-pura kuat sih,Na. Kenapa kamu selalu bersikap seolah-olah gak terjadi apa-apa?"

"Iyaa,aku bodoh kan,Mas. Selama ini selalu memakai topeng,menyembunyikan semua kesedihan hanya demi terlihat baik-baik aja di depan mas,di depan semua orang. Tapi sekarang aku gak sanggup lagi. Aku gak bisa lagi karena mentalku sudah lelah. Dan mulai saat ini aku akan melepaskan semuanya. Melepaskan semua kepalsuanku dan melepaskan semua rasa cintaku ke kamu. Mulai sekarang seluruh hidupku akan aku curahkan hanya untuk anakku,"

Gyan menjatuhkan kepalanya di perut istrinya,baju rumah sakit yang di gunakan Hyuna basah di bagian perut,Gyan menangis terisak-isak. Menyesali betapa bodohnya dia selama ini. Kehilangan anak pertama yang bahkan dia tidak tau kehadirannya dan kini harus kehilangan cinta istrinya yang selama setahun tanpa sadar ia sia-siakan.

"Maaf,sayang,maaf. Aku akan tebus semua kesalahan ku,kasih aku kesempatan,kasih aku kesempatan buat jagain kamu dan anak kita," Gyan masih bergumam di atas perut Istrinya namun masih bisa terdengar jelas oleh Hyuna.

Hyuna membelai rambut suaminya tanpa ekspresi apapun,hanya datar dengan tatapan kosong. "Aku memberimu banyak kesempatan mas dan kamu melewatkannya begitu aja. Sekarang kamu baru meminta di saat hatiku sudah hancur,apa aku begitu naif sehingga bisa di permainkan begini? Gak perlu seperti ini mas,aku gak membencimu,kita masih bisa bersama,mengurus dan membesarkan adik juga bersama,hanya saja........aku berhenti mencintaimu,"

Gyan menatap sendu wajah istrinya,tidak ada lagi tatapan penuh cinta,hanya ada tatapan kosong penuh luka. Gyan paham,istrinya sangat terpukul,pernah kehilangan anak dan hampir kehilangan lagi untuk kedua kalinya.

"Aku paham. Gak apa-apa kamu berhenti cinta sama aku,aku paham karena aku sendiri yang menyebabkan itu. Cukup kamu bolehin aku selalu ada di samping kamu dan adik itu sudah cukup buat aku. Aku akan bayar semuanya,Na. Aku akan berusaha,"

Gyan dengan hati-hati naik ke ranjang Hyuna,mendekap istrinya pelan,sembari mengelus perut rata sang istri dan mengecup istrinya penuh sayang.

Di samping itu,di luar ruangan ibu Hyuna menangis tergugu mendengar semua kalimat yang keluar dari mulut malaikat cantiknya itu. Sang ibu tidak menyangka semenyakitkan itu kehidupan putrinya,ia merasa dirinya benar-benar gagal menjadi orang tua.

Di saat Hyuna tertidur lelap,sang ibu pamit pulang untuk mengambil semua keperluan Hyuna untuk beberapa hari. Tinggalah di ruangan ini Gyan yang tidak pernah melepaskan sedikitpun pandangannya dari wajah cantik sang istri. Sesekali keluar isakan kecil dari mulut Gyan dan dengan cepat ia membungkam mulutnya kuat-kuat agar suara tangisnya tidak menganggu sang istri,Gyan menangis dalam diam.

Ia membelai pelan rambut Hyuna,menyingkirkan helai rambut yang menutupi wajah cantik si pemilik gingsul manis ini.

"Aku tersiksa melihatmu seperti ini,aku tersiksa melihatmu sedih,aku tersiksa melihat tatapanmu penuh luka,aku tersiksa karena akulah penyebabnya. Aku iri,sangat iri sama orang yang bisa dengan jujur mengungkapkan perasaannya. Aku iri sama orang yang berani mengucapkan sayang,berani mengucapkan cinta dan berani mengucapkan rindu. Aku sepengecut ini,Na. Aku si pengecut yang bertameng pada sikap dingin. Aku memilih langkah yang salah,pada awalnya aku takut jika aku terlalu banyak bicara aku membuatmu gak nyaman,aku takut ketika banyak bicara ada kata-kata ku yang akan menyakitimu,aku salah,aku bodoh,Na. Aku harus apa sekarang?"gumam Gyan pelan dengan sebisa mungkin menahan isakannya.

Tangannya beralih mengusap pelan perut Hyuna "Maafkan Papa,sayang. Karena kebodohan Papa kamu hampir aja pergi,maafkan Papa karena Papa kamu kehilangan kakak,maafkan Papa karena Papa menyakiti mama kamu. Tolong bertahan sampai akhir yaa,Papa yakin adik kuat seperti Mama,Papa sayang sekali sama kamu dan kakak,"

Gyan bangkit dari duduknya masuk ke kamar mandi,menyalakan keran air dan menangis tersedu-sedu. Ia sudah tidak bisa menahan sesak di hatinya yang semakin lama semakin menyiksa.

🍁🍁🍁🍁

Because Of You ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang