"Menikah sama saya,"
"Maksudnya pak?"
"Kamu nikah sama saya. Kalo kamu bersedia weekend ini saya ajak orang tua saya melamar kamu. Kamu mau?"
"Iyaa,saya mau pak,"
~Gyandevara & Hyuna Khayraline.~
Cuman cerita biasa,gak akan ada konflik yang gimana...
Gyan duduk di pinggir ranjang,memperhatikan wajah cantik istrinya yang sedang terlelap dalam tidurnya. Istrinya yang semakin hari semakin cantik,semakin menawan dan semakin membuat Gyan jatuh cinta setiap harinya,istrinya yang sedang mengandung buah cinta mereka. Tentu Gyan boleh menyebutnya buah cinta mereka—bukan? Karena mereka menjalaninya bukan hanya sebagai pemenuhan hak dan kewajiban,tapi memang memakai perasaan,walaupun dulu perasaan itu tidak mampu di ungkapkan.
Gyan bukan tidak menyadari perubahan istrinya sejak acara syukuran selesai di gelar. Istri cantiknya itu tiba-tiba berubah menjadi pendiam dengan tatapan sendu dan terkadang menatap Gyan hampa tanpa binar yang biasa ia tunjukkan. Gyan sadar,pria itu paham atau setidaknya pria itu bisa menebak apa yang menganggu pikiran istrinya.
Tangan Gyan terulur merapikan helaian rambut yang menutupi wajah Hyuna,beralih membelai ringan pipi chubby istrinya,menatap dalam dengan netra yang mulai berkaca-kaca.
"Aku tau mungkin kamu masih membenciku,aku tau mungkin kamu sudah berhenti mencintaiku,aku gak peduli,aku memilih untuk menjadi egois,tolong tetap di sisiku. Kamu gak perlu ngelakuin apapun,biarkan aku yang berusaha,biarkan aku yang mengejar-ngejarmu,biarkan aku memberikan hidupku untukmu. Tolong bersabarlah untuk si brengsek ini,"
"Tolong jangan pernah berpikir untuk meninggalkan aku,bahkan dalam mimpi mu sekalipun,jangan pernah. Si brengsek ini gak akan mampu kehilanganmu. Kalau pun kita harus berpisah aku harap itu hanya karena nyawa yang terpisah dari raga. Dan walaupun itu harus terjadi,aku akan memohon,aku akan mengemis kepada Tuhan agar Dia mengambil nyawa ku duluan sebelum kamu. Sampai akhir aku akan bersikap egois jika itu menyangkut kamu,"
Airmata Gyan sudah mengalir,entah mengapa Gyan selalu kalah jika menyangkut Hyuna. Harusnya dari dulu dia memperlakukan istrinya dengan baik,harusnya dari dulu dia terang-terangan memuja wanita pemilik hatinya itu,harusnya dan harusnya—entahlah terlalu banyak penyesalan yang di rasakan Gyan akhir-akhir ini.
Gyan mengecup kening Hyuna lama dan dalam penuh cinta dan sayang sebelum akhirnya Gyan keluar kamar menuju ruang kerjanya.
Setelah Gyan keluar,Hyuna membuka matanya dan menangis tersedu-sedu. Ia mendengar semua yang di katakan Gyan dari awal sampai akhir,namun ia memilih untuk tetap memejamkan mata,memberikan Gyan celah untuk mengungkapkan segalanya.
Sementara itu di ruang kerjanya,Gyan membuka sebuah kotak kayu kecil dan mengambil sesuatu berbentuk foto. Gyan mengusap-usap foto itu,sambil tersenyum namun dengan airmata yang juga mengalir.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Foto itu adalah foto USG anaknya dan foto bunga dandelion yang di gabung menjadi satu. Semakin lama bahu Gyan semakin bergetar,lama kelamaan isakan pilu keluar dari bibirnya. Ia bahkan mengigit kepalan tangannya untuk meredam suara dan sesak di dada.
Selama ini bukan hanya Hyuna yang terpukul karena kehilangan janinnya,namun juga Gyan. Bahkan Gyan merasakan sakit berlipat ganda. Sakit karena kehilangan,sakit karena rasa bersalah dan sakit karena rasa penyesalan. Namun ia tidak pernah menunjukkan sisi rapuhnya pada siapapun,termasuk pada Hyuna. Ketika rasa itu datang ia hanya akan berdiam diri di ruang kerjanya,menatap foto itu dan menangis sendiri. Tidak ada yang baik-baik saja mengenai kehilangan.