Gyan & Hyuna

18.1K 1.1K 28
                                    

Dengan susah payah Hyuna menahan tangisnya,hingga sampai di dalam kamar isakan tangisnya pun pecah bersamaan dengan tubuhnya yang jatuh terduduk di lantai seolah beban hatinya begitu berat sehingga tubuhnya pun tidak sanggup lagi menopang.

Hyuna merasa seperti di kuliti hidup-hidup karena sikap Gyan kepadanya barusan. Lelah rasanya untuk bertahan. Hyuna merasa dia benar-benar tidak ada artinya untuk Gyan. Ia terus menangis hingga sulit bernafas dan kepalanya terasa berat. Dengan mengumpulkan segala kekuatannya yang tersisa Hyuna mencoba bangun dan dengan langkah tertatih menuju tempat tidur.

Tersenyum miris, Hyuna menatap foto pernikahannya dan Gyan yang terpasang di dinding kamar dengan ukuran besar. Ia menatap wajah Gyan yang tersenyum tampan seolah-olah hari itu adalah hari paling bahagia untuknya.

"Kenapa kamu terlihat bahagia sih mas? Senyuman kamu seolah ngasih aku harapan, dan liat, sekarang aku di hancurkan oleh harapan itu sendiri," lirih Hyuna masih dengan memandang foto pernikahan mereka.

"Ini sakit, mas. Sakiiiittt banget."

🍁🍁🍁🍁

Pagi hari saat keluar dari kamar,Hyuna berpapasan dengan Gyan yang juga baru keluar dari ruang kerja. Setelah perdebatan atau mungkin bisa di bilang pertengkaran pertama mereka semenjak menikah,Gyan memang memutuskan tidur di ruang kerja. Dua sejoli ini saling melewati tanpa bertukar sapa. Walaupun begitu Hyuna tetap menjalankan tugasnya sebagai istri,menyiapkan sarapan untuk sang suami.

Setelah Gyan pergi kerja Hyuna pun pergi ke rumah orang tuanya. Memilih bolos kuliah,Hyuna ingin menenangkan diri dulu di sana.

"Assalamualaikum,bu," Hyuna mengucapkan salam sembari mencium singkat pipi ibunya.

"Waalaikumsalam,"

"Bu,aku ke kamar dulu yaa," belum sempat dapat jawaban dari sang ibu Hyuna bergegas berlari kecil menuju kamarnya.

Namun nahasnya, ia malah berpapasan dengan Ayahnya, si penyumbang luka terbesar dalam hidupnya.

"Ngapain kamu jam segini di sini? Kamu gak kuliah?" tukas sang Ayah dengan wajah tidak bersahabat.

"Yah,aku—

"Jangan mentang-mentang suami kamu dosen kamu jadi seenaknya bolos sesuka hati. Mau jadi apa kamu nanti? Mau jadi orang bodoh yang cuman nontonin kesuksesan orang. Begitu??"

"Ayah... Susah yaa ngomong baik-baik ke aku? Susah yaa cuman sekedar nanyain how's your life, how's your day?? Manusia loh aku ni, Yah. Bukan samsak yang bisa terus-terusan di hajar dengan kalimat-kalimat sarkas Ayah. Aku gak sekuat itu, Yah."

Sang ayah terdiam. Baru kali ini mendengar Hyuna mengungkapkan isi hatinya.

"Di sini, sakiitt, Yah, sakit banget." Hyuna menunjuk-nunjuk dadanya. Kemudian Hyuna beralih menunjuk pelipisnya "Dan di sini, ini RUSAK, PARAH."

Hening,tidak ada yang bersuara selain suara jam dinding yang berdetak.

"Unaaa," panggil sang ibu lirih dengan mata yang berkaca-kaca.

Hyuna menatap sang ibu dengan sendu kemudian kembali menatap sang ayah yang masih terpaku di tempatnya.

Hyuna menyeringai "Masih sama seperti dulu,rumah ini emang gak pantes di jadikan tempat aku untuk berpulang,rumah ini lebih terasa seperti rumah jagal. Keputusan ku untuk nenangin diri di sini ternyata salah. Kalau begitu saya permisi pulang dulu Tuan dan Nyonya yang terhormat,"

Hyuna berbalik dan berjalan meninggalkan rumah tanpa menoleh sedikitpun kepada kedua orang tuanya. Kali ini tidak ada airmata yang terjatuh dari mata indahnya,sepertinya hatinya sudah kebas dengan segala rasa sakit yang dia dapatkan secara beruntun.

Memilih pulang ke rumahnya dan Gyan kini Hyuna sedang berdiam di atas tempat tidur. Termenung dengan tatapan kosong. Semuanya tampak kosong,pikirannya maupun perasaannya.

Entah sudah berapa lama Hyuna berdiam diri sampai suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. Tatapan Hyuna dan Gyan bertemu namun sama-sama bergeming di tempat masing-masing.

Tiba-tiba saja Hyuna bergerak,menarik lengan Gyan dan mendorong Gyan hingga jatuh di atas tempat tidur. Hyuna merangkak naik ke atas perut Gyan lalu dengan gerakan terburu-buru membuka pakaiannya sendiri menyisakan bra berwarna merah yang menyala.

Gyan yang kaget dengan perlakuan Hyuna masih bergeming hingga Hyuna kembali meneruskan aksinya. Hyuna mencium kasar bibir Gyan,lalu turun ke leher,Gyan tersentak lalu mendorong pelan tubuh Hyuna agar berhenti melakukan aksinya. Nafas yang tidak beraturan membuat dada Hyuna naik turun dengan cepat. Tatapan mereka bertemu,tidak ada yang kata yang terucap,sibuk dengan pikiran masing-masing.

Hingga Hyuna menarik tangan Gyan dan meletakkan di atas dadanya.

"Ayo lakuin!! Bukannya cuman dengan ini baru kamu mau bicara baik-baik sama aku, mas? Ayo lakuin sekarang!"

Melihat Gyan yang hanya menatapnya dengan tatapan bingung, Hyuna lagi-lagi menyerang bibir Gyan dengan kasar. Gyan yang kembali mendapatkan kesadarannya langsung membalikkan tubuh mereka sehingga kini Hyuna yang berada di bawahnya.

"Kamu kenapa? Kenapa kayak gini?" tanya Gyan lirih

"Ini kan yang kamu mau. Cuman ini kan yang kamu mau dari aku? Aku cuman penghangat ranjang kamu kan, mas?Iyaa kan!!!!"

Gyan menggeleng kuat,lalu turun dari atas tubuh Hyuna,membaringkan dirinya kemudian menarik Hyuna ke dalam dekapannya. Hyuna meronta sambil terus memukul dada Gyan.

"Aku ini apa sih mas di mata kamu? Aku istri kamu atau apa? Kenapa kamu selalu dingin ke aku? Kenapa kamu gak pernah mau ngobrol banyak sama aku? Kenapa kamu mau nikahin aku?"jerit Hyuna dengan terisak. Gyan semakin mengeratkan dekapannya.

"Kamu tau mas,aku pikir kamu itu penyelamat aku. Yang bisa narik aku dari neraka yang di ciptain Ayah, yang bisa ngobatin semua lukaku dan yang bisa bawa aku ngerasain kebahagiaan yang nyata. Tapi aku salah, bukannya nyembuhin tapi kamu malah naburin garam di luka aku. Dan itu bikin sakitnya berkali-kali lipat. Setahun ini aku bertahan, berusaha jadi istri yang baik, melayani kamu, nurutin kamu, berharap kamu bakalan luluh dan bisa memperlakukan aku selayaknya seorang istri. Aku gak tau salahku d mana, kamu gak pernah bilang. Kamu biarin aku menerka-nerka. Selama setahun penuh aku jalanin ini semua dengan abu-abu. Kamu dengan tatapan datarmu yang hanya akan melembut kalo kamu butuh aku untuk nuntasin hasratmu. Sebenarnya aku ini apa mas? Kalo memang aku cuman penghangat ranjang harusnya kamu bilang, biar aku bisa nempatin diri seperti seorang jalang!"

Gyan menggeleng lalu mencium kening Hyuna "Maaf..... Maaf" lirih Gyan sambil terus menciumi semua permukaan wajah cantik sang istri.

Hyuna memejamkan mata, meresapi hangatnya kecupan suaminya.

"Jatuh cinta sendirian itu sakit, mas. Aku gak sanggup lagi. Ayo kita bercerai"

____________________________________________________

Because Of You ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang