Senyum manis terukir di wajah tampan Gyan menemani aktifitasnya yang sedang memasak makanan untuk ia dan Hyuna di dapur. Setelah Hyuna pulang dari rumah sakit Gyan memang memperkerjakan asisten rumah tangga yang akan membantu membereskan rumah dan bisa menemani Hyuna ketika Gyan sedang bekerja,namun khusus hari ini entah kenapa Gyan ingin turun tangan sendiri memasak untuk mereka.
"Mas," suara lembut Hyuna sukses mengalihkan perhatian Gyan.
Gyan dengan cepat menghampiri sang istri, merangkul pundak Hyuna dan menuntun istrinya itu sampai duduk di kursi makan. "Kamu kenapa turun sendiri?"tanya Gyan dengan nada khawatir.
"Aku laper pengen makan," jawab Hyuna
"Harusnya biar aku aja yang anterin makanan kamu ke kamar,kamu gak perlu turun,"
Hyuna memutar bola matanya jengah "Aku cuman hamil bukan lumpuh,"
Gyan berdiri di belakang kursi yang di duduki Hyuna dan melingkarkan tangannya di leher Hyuna sambil mengelus-elus lembut pipi sang istri. " Sebentar yaa,aku siapin makanan buat kamu dulu," Gyan mengecup singkat pucuk kepala Hyuna dan bergegas ke dapur untuk mengambil makanan untuk istrinya.
Hyuna menatap punggung suaminya dengan tatapan penuh arti. Sejak di rumah sakit Gyan memang terlihat berbeda memperlakukannya. Suaminya itu mendadak jadi banyak bicara, sangat perhatian dan terkadang perhatiannya yang berlebihan membuat Hyuna menjadi jengah sendiri. Tapi Hyuna tidak menolak dan tidak memprotes juga, ia berpikir tidak ada gunanya menjadi egois, karena semua di lakukan demi anaknya yang memang butuh perhatian dan kasih sayang papanya.
Mengenai dirinya sendiri,entahlah,Hyuna tidak ingin banyak memikirkan,ia hanya menjalani saja apa yang sudah jadi skenario Tuhan."Mas gak kerja?" tanya Hyuna saat melihat Gyan berjalan mendekat dengan nampan yang berisi makanan untuk mereka.
Gyan tersenyum sembari menggeleng "Aku udah ngajuin cuti ke kampus,"
"Terus kerjaan kamu di proyek?"
"Di handle sama Arfeen. Kemaren pas ketemu,aku udah cerita sama dia kalo kamu lagi sakit" jawab Gyan sembari menata makanan di atas meja.
Mata Hyuna bergerak ke sana kemari memperhatikan tiap gerakan Gyan yang begitu cekatan melayaninya.
Hyuna menahan tangan Gyan yang hendak menuangkan air minum ke gelasnya . "Aku bisa sendiri mas,"
"Let me do it,yaa,"
Hyuna akhirnya mengalah dan membiarkan Gyan melakukan apapun untuknya.
Mereka kemudian makan dengan tenang,ooh tidak terlalu tenang juga. Gyan masih aktif menanyakan apakah masakannya enak,apakah Hyuna merasa mual,yang di jawab sekenanya oleh Hyuna.
"Mas Gyan habis di gigit laba-laba atau apa sih kok bisa berubah 180 derajat begini," Hyuna membatin.
🍁🍁🍁🍁
Flashback on
Gyan yang sedang berganti jaga dengan sang mertua menyempatkan diri untuk mampir ke kantornya. Selain menjadi dosen,Gyan juga mempunyai bisnis yang di rintis bersama sahabatnya—Arfeen.
"Gimana keadaan Hyuna?"tanya Arfeen ketika melihat sahabatnya masuk ke ruangan dengan wajah lelah.
"Masih harus bedrest di rumah sakit," jawabnya sambil menyenderkan kepalanya di sofa.
"Kalo keadaan lo?"
Gyan menyipitkan matanya menatap Arfeen "Gue kenapa?"
"Lo kan strees. Ngepusingin hal yang gak perlu lo pusingin sebenarnya,"
"Gue udah cerita kan semua ketakutan gue ke elo,"
"Tapi ketakutan lo itu gak berdasar,Gy,"
Gyan mendengus kasar "Gue juga gak ngerti gue ini kenapa,"
"Lo pinter tapi lo bego banget soal cinta," Arfeen terkekeh melihat perubahan wajah Gyan yang seakan menunjukkan sedang berpikir keras.
"Sikap wanita itu fluktuatif,Gy. Lo pake kemampuan analisa teknikal lo untuk coba mahami itu. Lo bisa menganalisis gimana cara yang tepat nge-treat bini lo. Lo bisa mulai dari meratiin semua kebiasaan dia dan sikap dia yang selama ini dia tunjukkin ke lo selama kalian berumah tangga. Gimana dia saat moodnya baik,gimana dia saat moodnya buruk,atau hal-hal kecil apa yang bisa bikin dia senang atau bahagia,"
"Tapi gue sama Hyuna jarang ngobrol,conversation like a normal couple,bener-bener gak pernah. You know,Feen, gue takut banget gak bisa jadi laki-laki yang dia mau,"
"Emang lo tau laki-laki yang dia mau gimana?"
Gyan menggeleng
Arfeen menunjuk tepat ke arah wajah Gyan "Tuh,lo aja gak tau gimana lo bisa narik kesimpulan kayak gitu,"
Sembari menegakkan duduknya dengan sempurna Gyan menatap Arfeen dengan serius. "What should i do? Dia pasti muak banget sama gue"
"Lo harus nyoba perlakuin dia dengan baik sih. Perlakukan dia segimana mestinya sikap seorang suami ke istri. Lo bisa mulai dari membuka komunikasi buat kalian. Masalah akhrinya gimana itu masalah nanti aja. Yang penting sekarang mumpung masih ada peluang,do it,"
"Tapi gimana kalo yang gue lakuin gak berpengaruh banyak buat hubungan kami?"
"High risk high return,right! Kalo lo mau ada perubahan besar buat hubungan kalian lo emang harus berani mengambil langkah besar,keluar dari zona nyaman lo. Tapi,bisa sih,kalo lo mau meminimalisir high risk nya,lo harus bener-bener mengambil langkah dan strategi yang tepat. Yaa semoga aja expected return ya,Gy. Gue cuman bisa support lo gini doang,"
Gyan hanya mengangguk-angguk,masih mencoba mencerna dan mengurai satu-persatu poin yang di sampaikan sahabatnya.
"Tapi gimana kalo belum-belum gua lakuin dia udah nolak gue duluan?"
Arfeen berdecak kesal "Lo tuh terlalu memperbesar probabilitas yang kecil kemungkinannya buat terjadi,sih. Lo overthinking terus kerjaannya. Udah pulang sana,mandi ganti baju,dandan yang ganteng biar bini lo gak muak-muak amat ngeliat muka lo,"
Gyan berdiri dari duduknya menghampiri Arfeen dan langsung memeluk sahabatnya itu.
"Thank you,bro. Jangan lupa kerjaan gue lo handle dulu,"
Arfeen mendorong Gyan pelan "Hmm. Udah biasa gue di giniin,"
Gyan meninggalkan ruangan Arfeen dengan senyum lebar. Ia merasa semangat untuk berjuang demi memperbaiki hubungannya dengan Hyuna.
🍁🍁🍁🍁
Hyuna yang kini duduk di atas ranjang merasa bosan memainkan handphonenya,beralih menatap pekerjaan sang suami yang terpampang jelas di layar laptop,yang di tinggalkan begitu saja oleh Gyan yang sedang berada di kamar mandi. Hyuna menghela nafas panjang,lelah sendiri padahal hanya membaca pekerjaan Gyan saja,bagaimana Gyan yang sehari-harinya harus mengerjakan itu,pikirnya.
Tatapan Hyuna teralih dengan pop up yang muncul di layar laptop pertanda email masuk.
"Bisa kita ketemu? Ada yang pengen saya sampein,penting!"
Hyuna mendekatkan wajahnya ke layar guna memastikan kalau ia tidak salah liat. Seseorang yang dia kenal mengajak suaminya bertemu??
_________________________________________________
Pak Gyan up!!!
Maaf yaa gak bisa bikin scene yang ngebaperin,gak bisa bikin scene yang "wow"😂
Siapapun kamu yang udah baca,udah nge-vote, dan udah masukkin perpus,kamuuuu baik banget sih sudah mau meluangkan waktu buat baca ini. Thankyou so much,semoga hal-hal baik selalu menghampiri kalian para orang baik. 💐💐
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You ( END)
Romance"Menikah sama saya," "Maksudnya pak?" "Kamu nikah sama saya. Kalo kamu bersedia weekend ini saya ajak orang tua saya melamar kamu. Kamu mau?" "Iyaa,saya mau pak," ~Gyandevara & Hyuna Khayraline.~ Cuman cerita biasa,gak akan ada konflik yang gimana...