Gyan duduk termenung di sisi ranjang sambil mengenggam handphonenya,ia baru saja mendapat kabar kalau mertuanya akan bercerai. Bingung,itu yang di rasakannya saat ini,di satu sisi dia takut kabar ini akan berpengaruh pada psikis Hyuna namun di sisi lain ia takut kalau ia menyembunyikkan hal ini akan membuat Hyuna semakin terluka nantinya.
Hyuna yang baru keluar dari kamar mandi menghampiri Gyan yang saat ini langsung menatap ke arahnya seakan memang menunggu kehadiran Hyuna. Gyan menarik pelan tangan Hyuna agar duduk di sisinya,Hyuna pun menurut.
"Sayang,aku mau ngasih tau kamu sesuatu,tapi aku mohon kamu tetap kontrol diri kamu ya,"
"Apa sih mas? Jangan bikin parno deh,"
Gyan berpindah posisi jadi berjongkok di depan Hyuna sembari mengenggam tangan istrinya. "Ayah sama Ibu mau bercerai,"
Nafas Hyuna tercekat,masih terdiam dan mencoba mencerna kata perkata yang di ucapkan suaminya. Melihat keterdiaman istrinya Gyan melanjutkan kalimatnya. "Sepulang Ibu dari ngejenguk kamu kemaren Ibu marah-marah ke Ayah dan berujung Ibu minta cerai. Dan Ayah gak bisa ngelakuin apa-apa karena Ibu bersikeras untuk berpisah," lanjutnya dengan mata tetap tertuju pada wajah cantik istrinya.
Hyuna tertawa hambar membuat Gyan semakin waspada,khawatir dengan reaksi yang akan di berikan sang istri.
"Apa mereka bercerai adalah salahku?"tanya Hyuna dan langsung mendapat gelengan kepala dari Gyan. "Tapi kedengarannya kayak gitu mas. Mereka bercerai seperti aku yang penyebabnya. Lantas gimana sama aku? Siapa yang bisa ku salahkan dengan semua yang terjadi padaku sekarang,di saat semua orang yang harusnya bertanggung jawab berdalih mereka melakukan itu demi kebaikanku. Ini gak adil mas,selalu aku yang terluka sendirian,"Gyan menunduk membawa kedua tangan Hyuna ke dahinya. "Gak ada yang bermaksud nyalahin kamu,Na,semua ini murni masalah rumah tangga mereka. Sebagai Putri mereka kamu berhak tau keadaannya,aku cuman gak mau nutupin ini semua dari kamu,itu aja,"lirih Gyan.
"Anter aku ke rumah mereka mas," pinta Hyuna
Kini Gyan beralih menatap mata sang istri seolah bertanya apa Hyuna yakin ingin bertemu kedua orang tuanya sekarang,dan Hyuna membalas tatapan itu dengan anggukkan kepalanya mengiyakan.
❤️🔥❤️🔥❤️🔥❤️🔥
Di ruang tamu kediaman orang tua Hyuna kini sudah berkumpul empat orang dewasa berbeda usia. Sudah hampir sepuluh menit mereka duduk di sofa namun belum ada yang memulai pembicaraan,hanya Hyuna yang sedari tadi menatap Ayah dan Ibunya secara bergantian.
Hyuna membuang nafas kasar yang sukses membuat yang berada di sana menatap ke arahnya.
"Aku muak banget sama dunia ini,dunia yang penuh sama orang-orang yang senang mempermainkan hidup orang lain," Hyuna menjeda kalimatnya dan memperhatikan kedua orang tuanya yang sedang menatapnya penuh arti. "Dan aku membenci diriku sendiri yang selalu memilih mengabaikan rasa sakit,membohongi diri sendiri agar semua terlihat baik-baik aja. Tapi sekarang aku capek,aku gak mau lagi berpura-pura. Aku cuman pengen hidup tenang,menjalani hidup sebagai orang yang berbeda,seolah-olah yang terjadi padaku di masa lalu itu cuman mimpi buruk aja,"lanjutnya dengan geram.
Gyan meraih tangan Hyuna yang sedari tadi Hyuna genggam kuat sampai memutih,seolah dengan cara itu dia ingin meredakan kesakitannya. "Jangan di gituin,"gumam Gyan dan mengenggam tangan Hyuna erat seolah ingin menyalurkan kekuatan.
Hyuna hanya menoleh sebentar dan membiarkan Gyan melakukan apa yang ingin ia lakukan. Lalu tatapan Hyuna beralih kepada sang Ayah.
"Ayah,sebenarnya apa sih yang Ayah inginkan dari aku?"tanya Hyuna kepada sang Ayah.
"Jangan berani-berani kamu mengeluarkan sedikitpun kalimat yang akan menyakiti Putriku" sergah sang Ibu cepat.
Sang Ayah menundukkan kepalanya "Ayah tau Ayah salah,wajar jika kalian akhirnya membenci Ayah,"lirih sang Ayah yang sukses mengundang keterkejutan di wajah semua orang yang berada di ruangan itu.
Ke mana perginya sosok yang sombong dan tegas itu? Ke mana aura intimidasi yang biasanya sanggup memukul mundur lawan bicaranya?
Hyuna tersenyum masam "Hampir dua puluh tahun kalian selalu melakukan sesuatu yang kalian anggap demi kebaikanku,tapi pernah gak sih kalian nanya apa yang aku mau? Dan sekarang kalian ingin berpisah atas dasar demi kebaikanku juga?"
Kedua orang tua Hyuna hanya bisa menunduk terdiam tidak mampu berdalih. Toh kalimat per kalimat yang terlontar dari Putri semata wayang mereka adalah kenyataan kan.
Hyuna tertawa hambar "Bisa gak sih kalian berhenti akting menjadi orang tua yang baik? Karena jujur aja kalian buruk sekali dalam melakukannya. Dan tolong,cukup sampe di sini aja kita saling menyerang,aku cuman pengen hidup tenang dan damai,"
Gyan mengelus-elus punggung istrinya lembut bermaksud menenangkan. Ia khawatir jika emosi istrinya meledak itu akan berdampak buruk untuk Hyuna dan janinnya. "Udah ya,sayang,kita pulang ya. Kamu gak boleh capek-capek"pinta Gyan lembut yang kali ini langsung di turuti sang istri.
Sebelum pergi Hyuna kembali menatap orang tuanya yang sedari tadi sudah mengeluarkan airmata,apalagi sang Ibu,suara isakannya sedari tadi sudah memenuhi ruangan namun anehnya Hyuna tetap bertahan dengan hanya mata yang memerah.
"Ayah,Ibu,"
Mereka serentak mendongakkan kepala menatap Hyuna
"Hiduplah dengan sehat dan bahagia. Jangan bercerai" pinta Hyuna
Tanpa di duga Sang Ayah menubrukkan dirinya memeluk Hyuna erat. Hyuna yang kaget hanya bisa terdiam,tanpa membalas pelukan Ayahnya. Selama dua puluh tahun,ini adalah pelukan pertamanya yang ia ingat. Tubuh Ayahnya bergetar,dan Hyuna merasakan basah di punggungnya berasal dari airmata sang Ayah. Hyuna menggigit bibirnya kuat agar tangisnya tidak pecah. Ia semakin kuat mengenggam tangan Gyan mencari sandaran.
"Maafkan Ayah,Nak,Maaf. Ayah berdosa,Ayah salah,Ayah jahat sama kamu. Maaf," ucap Sang Ayah lirih dengan bahu yang bergetar.
Hyuna mendorong pelan Sang Ayah agar melepaskan pelukannya,lalu Hyuna menangkup wajah Ayahnya dengan kedua tangannya.
"Ayah... Memaafkan Ayah bukan hal yang sulit,toh pada akhirnya ikatan darah lebih kental daripada air kan. Aku—memaafkan Ayah,tapii sesuatu yang sudah hancur akan susah untuk di rekatkan kembali,jadiii tolong Ayah dan Ibu menepi sebentar dari kehidupanku,sampe nanti aku sembuh,"
Sang Ayah mengangguk kemudian mencium dahi Hyuna dalam dan lama. Hyuna memejamkan mata meresapi perlakuan Ayahnya yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Kemudian Ayahnya kembali memeluk Hyuna dan kali ini di balas olehnya yang sukses menciptakan seulas senyum di bibir sang Ayah.
Hyuna menoleh pada Ibunya dan meminta Sang Ibu mendekat dengan isyarat anggukkan kepala. Ibunya mendekat dan di sambut pelukan oleh Hyuna. Perseteruan keluarga ini di akhiri dengan pelukan hangat yang sebelumnya tidak pernah mereka lakukan bersama.
______________________________________________
Dah kelaaar,kelaaaaar.Bubaaarr
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You ( END)
Romance"Menikah sama saya," "Maksudnya pak?" "Kamu nikah sama saya. Kalo kamu bersedia weekend ini saya ajak orang tua saya melamar kamu. Kamu mau?" "Iyaa,saya mau pak," ~Gyandevara & Hyuna Khayraline.~ Cuman cerita biasa,gak akan ada konflik yang gimana...