Dokter Ryan— yang merupakan dokter umum sekaligus kenalan Gyan telah selesai memeriksa keadaan Hyuna. Kini Hyuna sedang di suapi makan oleh Bik Nani sedangkan Gyan mengobrol bersama Dokter Ryan perihal keadaan Hyuna.
"Gimana istri sama anak gue,Yan?" tanya Gyan khawatir
"Istri sama anak lo baik-baik aja. Tapi kayaknya lo harus bawa istri lo ke ahli deh,"
"Obgyn istri gue masih jam dinas di rumah sakit,jadi gak bisa gitu aja datang pas gue telepon,"
"Bukan itu,Gy, tapi ahli ini," ucap dokter Ryan sambil mengetukkan jarinya di kepala. "Saran gue sih gitu,kalo emang lo gak bisa nge handle gak ada salahnya nyoba hal itu," lanjutnya
Gyan bergeming,ingin berdalih bahwa istrinya tidak butuh itu tapi nyatanya kondisi Hyuna tidak baik-baik saja. Gyan memijit pangkal hidungnya sembari berpikir dan menimbang saran dari dokter Ryan sampai sebuah tepukan di bahunya meninterupsi.
"Gue pamit dulu,masih ada kerjaan. Lo harus kuat,jangan sampe lo drop,demi anak sama istri lo," ucap dokter Ryan dengan tulus.
Gyan mengangguk sambil tersenyum "Thankyou," ucapnya singkat. Sungguh saat ini Gyan tidak mampu banyak merangkai kata. Kepalanya pusing,hatinya sakit,semua menyerangnya secara bersamaan.
"Mas,mba Hyuna sudah selesai makan. Saya tinggal ke belakang dulu ya," ucap bik Nani
"Iyaa terima kasih,bik,"
Gyan lalu masuk ke kamar merebahkan diri di samping Hyuna dan menarik Hyuna ke dalam dekapannya.
"Mas,maafin aku. Aku tadi lepas kendali,aku nyalahin mas padahal aku yang salah. Dari awal aku yang—
"Ssstt,don't say that," ucap Gyan sambil mengelus-elus sayang rambut Hyuna. "Di dunia ini ada beberapa hal yang sudah di takdirkan untuk pergi dari kita. Dan hal itu di luar kendali kita sebagai manusia. Kita cuman bisa ngikutin skenario yang sudah di atur si Pemilik Kehidupan. Yang kita bisa lakukan sekarang adalah coba ikhlas dan merelakan,"
Hyuna mulai menitikkan airmatanya "Tapi berat,Mas. Berat banget. Setiap aku baru mau mulai bahagia,aku langsung ke inget Kakak,harusnya dia bisa ikut berbahagia sama kita di sini,"
"Aku ngerti. Rasanya memang berat harus ngerelain sesuatu,tapi sayang,kita gak boleh nyerah dulu buat berusaha. Ibaratnya minum obat,di awal rasanya memang pahit tapi menyembuhkan di akhir,"
"Aku gak mau ngelupain Kakak,mas,aku gak mau," ucap Hyuna terisak-isak.
Gyan semakin mengeratkan dekapannya,menahan dengan kuat keinginannya untuk menangis. "Kita gak harus ngelupain Kakak,kita cuman harus belajar mengikhlaskan. Kamu gak kasian sama adik,dia bergantung banget sama kamu. Kamu sedih,dia sedih,kamu lemah adik juga lemah. Selain itu Kakak juga pasti sedih, kalo kita ratapi terus. Lebih baik kita kirim doa biar Kakak tenang di sana,"
"Mas.... Aku egois?"tanya Hyuna lirih
Gyan menggeleng "Kamu gak bermaksud seperti itu,aku paham. Jadi tolong berhenti menyalahkan diri kamu. Gak ada yang salah di sini,ini sudah kehendak dari si Maha Pencipta. Mau yaa berjuang bersama untuk merelakan kakak? Aku yakin kakak udah bahagia di sana,dia pasti udah nyiapin istana buat kita berkumpul bersama nantinya. Aku,kamu,kakak dan adik,"
Hyuna menganggukkan kepala sembari menatap netra suaminya yang sudah di hiasi bening-bening kristal. Hyuna mengecup kedua mata Gyan bergantian.
"Maafin Mama yaa sudah bikin Papanya adik nangis,"
Gyan tersenyum lebar lalu mengecup bahu Hyuna "Kamu dan anak-anak itu pusat dunia ku,seluruh hidupku ada pada kalian,"
Hyuna beralih mengusap perutnya "Maafin mama yaa,mama sering bikin adik sedih. Mama janji mulai sekarang gak akan sering-sering sedih lagi. Adik sehat-sehat yaa, mama sama papa udah gak sabar pengen ketemu adik,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You ( END)
Romansa"Menikah sama saya," "Maksudnya pak?" "Kamu nikah sama saya. Kalo kamu bersedia weekend ini saya ajak orang tua saya melamar kamu. Kamu mau?" "Iyaa,saya mau pak," ~Gyandevara & Hyuna Khayraline.~ Cuman cerita biasa,gak akan ada konflik yang gimana...