Gue sedang duduk sambil bertopang dagu di dalam kelas. Duduk di area belakang kelas bersama si Putra yg kini menjadi teman semeja gue.
Dari tadi ia sibuk bercerita tentang game yg sedang ia mainkan beberapa hari belakangan ini. Game besutan Atlus yg rilis di 2008 silam, yg dimainkannya dengan console Playstation 2. Nama gamenya adalah Persona 4.
Mungkin terasa ketinggalan sekali memainkan game keluaran 2008 di tahun 2015 ini. Tetapi, kalau kalian suka game bergenre RPG jepang, Gue sangat menyarankan kalian untuk mencoba game yg satu ini.
Lalu masuk seorang wanita, memakai setelan kemeja coklat muda dan rok selutut dengan warna yg senada. Rambut panjangnya yg bergelombang di bagian bawah, dibiarkannya terurai menyentuh punggungnya.
Tatapan matanya yg tajam bersembunyi di balik bingkai kacamatanya, seakan menegaskan untuk jangan macam-macam dengannya atau kalian akan dalam masalah. Seorang guru yg akan ditakuti sekaligus di hormati oleh murid-muridnya.
"Semua duduk ditempatnya masing-masing dan jangan berisik." Perintahnya, ketika baru saja masuk ke dalam kelas.
Suasana kelas yg tadinya ramai dengan obrolan murid-murid, tiba-tiba saja menjadi tenang hanya dengan satu perintah tersebut.
"Kayanya gurunya galak don." Bisik si Putra.
Menurut gue gak ada guru yg galak, mereka hanya tegas.
"Baiklah ibu akan memulai dengan perkenalan." Ujar sang guru.
"Kalian bisa panggil ibu dengan Lativa, Ibu akan menjadi wali kelas kalian untuk satu tahun ke depan, jadi ibu harap kalian tidak membuat masalah dan... Kenapa posisi duduk kalian seperti itu?" Tanya bu lativa.
Semua murid tampak bingung, tidak mengerti maksud dari sang guru tersebut.
"Ya ampun, seharusnya kalian bisa menikmati masa muda kalian dengan lebih baik lagi." Jelasnya.
"Sekarang biar ibu yg atur agar kalian duduk semeja dengan lawan jenis kalian. " Ucap bu lativa sambil memberikan senyuman kecil.
Tentu saja suasana kelas tiba-tiba ramai, karena ada yg setuju dan menolak.
"Diamm... Ini perintah. Jadi kalian harus terima." Ujar bu lativa di barengi suara gebrakan meja yg membuat suasana kelas kembali tenang.
"Kalian harus memanfaatkan masa remaja kalian yg sebentar ini dengan bijak. Jadi hidup kalian bisa lebih berwarna seperti yg ada di meteor garden atau boys before flower." Lanjutnya.
Gue menepuk jidat gue. Gue sama sekali gak nyangka kalau akan dapet wali kelas killer penggila drama romantis. Kombinasi macam apa ini, apa tidak ada hal yg normal-normal saja di sekolah ini?
Lagi pula, kenapa meteor garden dan boys before flower. Itu kan film yg sempet booming saat gue SD dulu.
Jadi, berapa sebenarnya umurnya? Atau dia sudah jadi penggila drama sejak masih belia?. Kepala gue tiba-tiba migrain memikirkan hal itu.
Pembagian posisi duduk berlangsung dalam tempo yg cukup singkat. Kini gue kebagian duduk di pojok belakang kelas, posisi yg jauh dari sorotan para murid lain, dan bagi gue ini adalah hal yg bagus.
Serta, yg menjadi poin plus buat gue adalah, gue kebagian duduk sendiri. Hati gue merasa bahagia merayakan hal ini, karena gue gak perlu khawatir akan kesialan yg akan menimpa gue akibat duduk dengan lawan jenis.
Sang wali kelas pun menyuruh untuk melanjutkan sesi perkenalan, murid-murid disuruh berdiri dan memperkenalkan diri mereka secara bergantian.
Namun, tiba-tiba saja ada suara berderit dari pintu kelas yg dibuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Highschool Story : First Step (TAMAT)
HumorKisah seorang anak bernama Donni yg memilih menjadi otaku, setelah berkali-kali di tolak oleh banyak wanita dan membuatnya menjadi bahan olok-olokan seluruh siswa seangkatannya saat SMP, memulai langkah pertamanya memasuki dunia SMA. Dia berusaha un...