Bagi beberapa orang, hari senin adalah hari paling berat untuk di lalui. Karena rasanya akan sangat malas untuk memulai aktivitas kembali, setelah libur di akhir pekan.
Apa kalian merasakan hal itu juga?
Buat gue sih, hari senin sama saja dengan hari yg lainnya. Hanya saja, pengecualian untuk hari senin ini.
Hari ini gue sangat tidak bersemangat, yg gue lakukan hanya melamun saja dari pagi. Bahkan, selama pelajaran gue hanya bertopang dagu dan pura-pura memperhatikan, sedangkan pikiran gue terbang entah kemana.
Bel istirahat yg berbunyi pun, tidak sanggup mengembalikan semangat gue. Gue memilih untuk bermalas-malasan di meja, dengan bertelungkup di atasnya sambil menghadap tembok.
Seseorang menyentuh pundak gue dengan salah satu jarinya, membuat gue terpaksa menoleh ke arahnya.
"Kamu kenapa don? kayanya, gak semangat banget hari ini." Tanya triana dengan wajah yg tampak khawatir.
Gue menjawabnya dengan helaan nafas berat, dan kembali pada posisi awal gue tadi.
"Jangan-jangan, karena kemarin nemenin aku main basket, kamu jadi gagal dapetin game yg kamu mau ya?" Tanyanya kembali, yg kali ini tepat mengenai sasaran.
Sial, kenapa dia begitu peka. Gue merubah posisi gue dengan bersandar ke kursi, dengan wajah menghadap langit-langit kelas.
"Gue cuma dapat yg versi standarnya aja. Padahal yg gue incar itu yg versi collector's editionnya." Jawab gue.
"Jadi, kamu dapat gamenya atau tidak?" Kembali bertanya dengan wajah polos.
Gue kembali menghela nafas. Mana mungkin manusia normal seperti dia paham akan dunia otaku. Akan sia-sia saja menjelaskan panjang lebar padanya.
"Dapet kok, dapet. Udah jgn terlalu di pikirin." Jelas gue, yg kini menatap ke arahnya.
"Habisnya kamu keliatan lesu banget. Mungkin ada yg bisa aku bantu buat balikin semangat kamu lagi?" Ujar Triana.
"Mie ayam kayanya bisa deh bantu buat balikin mood". Ucap putra yg tiba-tiba muncul.
"Yaudah yuk, kita ke kantin." Ajak Triana.
"Gak ah, males." Jawab gue.
"Mmm... Gimana kalau ditambah bakso + pangsit basah?" Bujuknya lagi.
"Deal!!!." Seru Putra.
"Hoi, kenapa malah lu yg jawab." Gue memprotes.
"Udah-udah jangan dipikirin. Selama di traktir, pasti bisa bikin semangat lagi." Ucap putra sambil menarik lengan gue untuk ikut ke kantin.
Kayanya, si kampret ini lebih tertarik sama traktirannya, ketimbang mau menghibur gue.
Akhirnya, gue mengikuti mereka berdua untuk pergi ke kantin. Sesampainya di kantin, Putra langsung mencarikan meja kosong dan untuk kami duduk.
Kami duduk di meja dekat tembok dengan kapasitas empat orang. Gue memilih duduk bersandar ke tembok, dan Triana ikut duduk di samping gue.
Kemudian putra memesankan 3 mie ayam komplit dengan tambahan bakso + pangsit basah.
"Semangat banget lu put." Tanya gue saat melihat si Putra yg baru kembali setelah memesankan mie ayam, yg kini duduk di sebrang kami.
"Iya dong, kan udah gue bilang. Asalkan di traktir, pasti bisa bikin semangat." Jawabnya.
"Emangnya lu juga ikut di traktir?" Ucap gue.
Mendengar perkataan gue barusan, Putra langsung bengong. Kini, dia menatap memelas ke arah Triana sambil berkata, "gue di traktir juga kan na?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Highschool Story : First Step (TAMAT)
HumorKisah seorang anak bernama Donni yg memilih menjadi otaku, setelah berkali-kali di tolak oleh banyak wanita dan membuatnya menjadi bahan olok-olokan seluruh siswa seangkatannya saat SMP, memulai langkah pertamanya memasuki dunia SMA. Dia berusaha un...