Chapter #27 - Rencana Liburan

6 4 0
                                    

Kini, hari-hari gue kembali damai, sampai-sampai gue tidak menyangka bahwa sudah empat minggu berlalu setelah event valentine di anime kingdom.

Rutinitas gue yg lama telah kembali, yaitu sekolah, main game atau nonton anime dan malas-malasan di hari minggu. Membuat gue merasa segar dan semangat menjalani hari-hari kembali.

Dan kini, gue sedang berkumpul bersama temen-temen gue yg biasanya. Kayanya gak perlu gue sebutin lagi deh, kalau mereka tuh si Yuki, Triana dan Putra. Toh, tanpa gue sebutkan juga kalian pasti tau.

Kami tengah berkumpul di kantin pada jam istirahat, sambil menyantap mie ayam komplit favorit gue dengan khidmat. Namun, ketenangan itu kembali terusik.

"Bosan nih, gak ada kegiatan kaya gini." Keluh Yuki dibarengi gebrakan meja yg membuat bakso yg sedang gue jepit dengan sumpit, terpental dan menggelinding ke kolong meja.

"Ada apa sih ki. Tuh liat gara-gara lu menggebrak meja, bakso gue jadi jatoh ke kolong meja." Gerutu gue.

"Ini bukan saatnya ngurusin bakso don. Gue lagi bad mood banget nih, karena kita gak ada kegiatan yg seru selama sebulan terakhir ini." Maki Yuki.

Hee, apa dia gak sadar. Kalau gara-gara bakso gue jatuh akibat kelakuannya, bisa bikin gue bad mood juga.

"Terus apa yg bisa kita bantu, supaya kamu gak bad mood lagi ki." Ucap Triana.

"Entah, gue juga bingung na. Pokoknya gue mau ngelakuin hal seru biar gak bosan." Sahut Yuki sembari merebahkan kepala dan tangannya di atas meja.

"Gimana kalau kita hangout ke Pillo Mall aja weekend ini?" Usul Triana.

"Gak mau, kurang seru. Gue mau ngelakuin sesuatu yg bisa di kenang." Balas Yuki.

"Gimana kalau main ke game center. Di sana kan ada Photobox, kita bisa berfoto bersama di situ sebagai kenang-kenangan." Ujar Putra.

"Lu gak kreatif banget sih put mikirnya. Lagian kan, game center tuh ada di Pillo Mall. Sama aja dong kita hangout kesana-sana juga. Huuh..." Yuki memaki.

Perdebatan mencari kegiatan yg bisa membebaskan mereka dari rasa jenuh itu, hanya berakhir sia-sia. Tidak ada satu ide pun yg mampu menarik perhatian si Yuki.

"Don lu jangan asik makan aja, bantuin kami mikirin kegiatan yg seru dong." Bentak Yuki sambil gebrakan meja lagi. Dan kini, giliran pangsit basah gue yg jatuh dari sumpit gue.

Huuh, nyebelin banget sih ni orang. Gue sebenernya ingin menyarankannya pergi ke taman safari dan melepaskannya ke alam liar. Namun, ide mulia itu tak sanggup gue utarakan tentunya.

"Mending jangan bikin rencana untuk waktu dekat." Usul Gue.

Mereka bertiga tampak terdiam dan kebingungan dengan maksud gue itu.

"Maksudnya, kalau mau sesuatu yg seru dan bisa ngasih kenangan. Sebaiknya kalian rencanakan pas liburan semester genap aja, karena waktunya lebih panjang. Toh, kita akan UAS sekitar dua bulan lagi." Sambung gue.

"Wah bagus juga ide lu don." Sambut Yuki.

"Sekarang kita tentuin mau kemana pas liburan kenaikan kelas nanti." Lanjutnya.

"Gimana kalau ke gunung." Usul Putra.

"Atau pantai." Sambut Triana.

"Hhmm, boleh sih. Tapi gue mau kita menginap, biar puas liburannya dan dapet banyak kenangan." Ujar Yuki.

"Menurut lu mana yg bagus don, gunung atau pantai?" Tanyanya.

"Nggak keduanya." Tegas gue.

"Hheeeehh...!!!" Protes mereka kompak.

"Gunung itu seru loh don." Ucap Putra.

"Pantai juga." Timpal Triana.

"Gue tetep gak setuju." Tegas gue lagi.

"Emangnya kenapa?" Tanya Yuki.

"Pertama, kalau liburan ke pantai atau gunung tuh capek kalau bolak balik dalam waktu sehari." Jelas gue.

"Makanya gue saranin buat menginap kan. Gue rasa kita bisa nabung dari sekarang untuk biaya liburan 3 hari 2 malam." Sela Yuki.

"Justru disitu masalahnya." Jelas gue lagi.

"Kalau kita pergi liburan dan menginap tanpa adanya pengawasan orang dewasa. Apa kalian yakin, kalau keluarga kalian akan memberikan ijin?" Lanjut gue.

Mereka pun seketika hening. Nampaknya mereka sudah menyadari titik permasalahannya dimana dan menyadari alasan gue menolak mentah-mentah ide mereka tadi.

"Bagaimana kalau kita ajak bu lativa buat jadi pengawas liburan kita?" Usul Putra.

"Lu udah gila put?. Liburan kita akan berakhir seperti di neraka nantinya kalau ngajak dia." Sergah gue.

"Kalau gitu, gue ajak bu manager aja gimana?." Gantian Yuki memberi ide.

"Pilihan itu gak lebih baik dari bu lativa. Lagian orang tua kita, mana kenal sama bu manager. Tetep aja ujung-ujungnya akan susah mendapatkan ijin." Balas gue.

"Terus gimana dong don, gue mau liburan. Pokoknya lu harus tanggung jawab, karena lu yg ngasih ide kepada kami untuk merancang liburan setelah UAS." Rengek Yuki.

Huuh, ini yg gue gak demen. Seharusnya gue diem aja atau ngasih ide asal aja tadi, dari pada harus di rengek sama si Yuki kaya gini.

"Lupain aja ide liburan UAS tadi, mending ke Pillo Mall aja yg simpel." Tampik gue.

"Gak mau, pokoknya gue pengen liburan yg menginap dan lu harus mikirin caranya." Cecar Yuki.

Hadeh, Yuki benar-benar keras kepala, kalau sudah berkaitan dengan keinginannya.

"Ya ampun, kalau masih maksa mau nginep. Mending lu minta ijin sama bu manager buat mendirikan tenda di tokonya, terus lu nginep deh di situ. Gue yakin bu manager pasti mengijinkan." Maki gue kesal.

"Eh, tunggu. Aku jadi ingat sesuatu gara-gara kamu ngomong tenda don." Sela Triana.

"Apa na, apa lu punya ide yg bagus?" Tanya Yuki dengan mata yg berbinar-binar.

"Kayanya, dulu tuh aku pernah Barbeque-an gitu pas masih kecil di halaman belakang rumah nenek aku sama papah." Jelas Triana.

"Terus pas malemnya, aku sama papah tidur di tenda semalaman. Rasanya cukup seru loh, meski hanya di halaman belakang rumah nenek aku, tapi rasa berkemahnya tetep ada." Sambung Triana.

"Na... Lu bener-bener malaikat penyelamat gue, na." Ujar Yuki sembari menggenggam kedua tangan Triana dengan mata berkaca-kaca.

"Ehh... Tapi aku harus minta ijin dulu sama nenek." Balas Triana.

"Dan juga, aku gak tau masih ada atau tidak tendanya. Soalnya itu kan sudah lama banget, sejak terakhir aku kemping sama papah aku." Lanjutnya.

"Iya, gak apa-apa. gue yakin nenek lu akan mengijinkan kita. Cucunya aja baik banget kaya gini, apalagi neneknya." Timpal Yuki.

Huuh, Ampun deh si Yuki. Dia itu kalau sudah punya keinginan, pasti memaksa dan harus dituruti. Gue jadi sedikit merasa kasihan dengan Triana, karena Yuki merengek seperti itu padanya.

Semoga dia tidak menyesal karena sudah membuat Yuki terlalu berharap padanya.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Buat yg sudah mampir, semoga terhibur dengan ceritanya.

Dibantu vote, share dan komennya juga ya.

Terima kasih :)

My Highschool Story : First Step  (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang