Ibu manager yg tiba-tiba masuk, membuat kami terkejut dan menghentikan perbincangan tadi. Dia pun duduk di kursi besar miliknya yg berada di sebrang meja, kemudian menyodorkan teh yg dibawanya itu kepada kami berdua.
"Ini di minum dulu, supaya lebih relax." Ucap bu manager sembari menyodorkan teh tersebut kepada kami.
Bu manager pun memberikan kode lewat tatapan matanya, agar gue melanjutkan perbincangan kami tadi.
"Masalah yg gue maksud tuh bukan cuma buat lu doang ki." Gue melanjutkan percakapan tadi.
"Karena orang kaya tadi tuh, bisa menyebarkan kesan buruk di forum-forum anime dan sosial media. Imbasnya, bisa membuat pendapatan toko ini menurun dan bu manager juga bisa kena masalah." Ucap gue.
"Lagi pula, menemani orang-orang yg ingin berfoto kan suatu hal yg lumrah bagi seorang cosplayer." Tambah gue.
"Lu gak liat apa dia agresif banget mau meluk-meluk gue gitu. Kalau gue di grepe-grepe sama om-om mesum itu gimana?" Protes Yuki.
"Lu harus bisa jelasin dengan sopan, bukannya malah lu tinju tuh pelanggan." Jawab gue.
"Lagian, emang apanya yg mau di grepe?" Kata gue pelan.
"Lu mau gue hajar don, buat pelampiasan?" Ucap Yuki kesal sembari bangkit dari duduknya dan mencengkram kerah hoodie gue.
Bu manager pun tertawa melihat kelakuan kami berdua. Tawanya berhasil membuat Yuki melepaskan cengkramannya dan kembali duduk lagi.
"Benar kata bocah laki-laki ini, kalau reputasi toko ini bisa rusak dan mengalami kerugian besar, jika kamu memukul seorang pelanggan. Apalagi kondisi toko cukup ramai tadi." Bu manager memberikan penjelasan.
"Akan tetapi, bukan berarti saya akan diam saja melihat malaikat kecil saya ini di perlakukan tidak senonoh oleh pelanggan yg tidak punya etika seperti tadi." Lanjutnya.
"Yuki, kamu tenang saja. saya akan melakukan apapun yg terbaik untuk semua pegawai saya." Ucap bu manager seraya menggenggam kedua tangan Yuki.
"Kamu gak perlu mengotori tangan kamu dengan memukul bajingan itu, ibu punya cara yg lebih halus dan efektif untuk memberi efek jera kepada pelanggan nakal seperti tadi, agar tidak berani macam-macam sama malaikat kecil ibu." Tambahnya sembari tersenyum pada Yuki.
Bulu kuduk gue kembali berdiri mendengar ucapan bu manager. Meski solusinya lebih menyeramkan dari yg bisa gue bayangkan, setidaknya toko masih memprioritaskan keamanan para pegawainya.
"Hei bocah, kamu pegawai baru disini ya? Kok, saya sepertinya baru melihat wajah kamu." Tanya bu manager.
"He?... Saya bukan pegawai disini bu." Jawab gue.
"Terus kalau bukan pegawai di toko ini, ngapain kamu masuk-masuk ke dalam staff room? ini kan ruangan khusus pegawai." Ujarnya.
"Lah... Kan tadi ibu yg menyuruh kami berdua masuk ke sini." Jelas gue.
"Hahaha... Oiya ya, saya lupa. Kalau begitu kenapa kamu gak sekalian aja kerja disini. Kamu mengkhawatirkan dia juga kan?" Ujar bu manager seraya menunjuk ke arah yuki.
Gue menoleh ke arah yuki.
"Apa liat-liat?" Kata yuki, ketika kedua mata kita bertemu.
"Saya lebih Khawatir dengan keselamatan saya bu, kalau harus bekerja dengan hewan buas." Jawab gue asal.
Mendengar jawaban gue, yuki menarik telinga gue dan sukses membuat gue menjerit sambil meminta maaf agar dia mau melepaskannya.
Hal itu, membuat bu manager tertawa melihat tingkah kami berdua.
"Sudah-sudah, Hari ini cukup sampai disini saja. Yuki, kamu boleh pulang lebih cepat hari ini untuk istirahat dan mengembalikan mood kamu, supaya besok bisa fresh saat bekerja." Ujar ibu manager.
"Jadi, saya masih boleh bekerja disini?" Tanya yuki.
Bu manager menjawabnya dengan anggukan kepala.
"Makasih ya bu, maaf sudah membuat repot ibu hari ini." Ucap yuki seraya berdiri dan membungkukkan badannya sebagai tanda penyesalan.
"Terus gak bilang apa-apa nih sama gue?" Ledek gue.
"Nih buat lu." Kata Yuki sambil menginjak kaki gue.
Gue pun meringis kesakitan sembari memegangi kaki gue yg diinjak.
Sial, bukan kata maaf atau terima kasih yg gue dapat, melainkan injakan kaki yg menjadi hadiah sebelum dia meninggalkan ruangan ini untuk bersiap pulang.
"Jadi bagaimana, Kamu mau menerima tawaran saya tadi?" Tanya bu manager kembali.
"Kalau kamu bekerja disini, kamu bisa membantu Yuki untuk lebih mengenal dunia kerjanya. Sepertinya kamu sangat mengerti tentang dunia Anime." Lanjutnya
"Entahlah, saya punya banyak kesibukan." Jawab gue asal.
"Hhmmm, baiklah. Kamu temennya yuki kan, siapa nama kamu?"
"Donni." Jawab gue simpel.
"Jadi begini don. Sepertinya kamu cukup dekat dengan Yuki dan kamu tadi kelihatan sangat ingin membantunya. Niat kamu itu, apa ada hubungannya sama kondisi keluarga Yuki?" Tanya bu manager mulai serius.
Gue cukup kaget dengan pertanyaan yg tiba-tiba menyimpang jauh ini. Apa sebenarnya maksud dari pertanyaan ibu manager ini.
"Entah, Yuki cuma cerita keadaan ekonominya sama ibunya yg lagi di rawat di RS." Jawab gue
"Apa kamu mau tau cerita lengkapnya?" Tanyanya kembali diakhiri dengan senyuman yg penuh misteri.
Kemudian si ibu manager itu menceritakan bahwa ayahnya Yuki pergi meninggalkan rumah dan menyisakan hutang yg harus dibayar oleh Yuki dan ibunya.
Ditambah lagi, ibunya yg sakit sedang di rawat di rumah sakit dan mereka tidak bisa membayarnya. Mungkin itu yg membuat Yuki mengambil pekerjaan ini.
Yuki juga cukup kesulitan menyesuaikan diri dengan pekerjaannya. Apalagi, disini tidak ada pegawai yg seumuran dengan dia.
Mungkin, bila gue mau menjadi mentornya dan memberinya semangat. Yuki bisa lebih cepat mempelajari lingkungan barunya ini dan bisa betah bekerja disini.
"Saya sih tidak memaksa kamu, tapi saya berharap kamu sebagai temannya, bisa ikut membantu yuki." Tutupnya.
Sebenarnya, gue males buat mengetahui informasi pribadi orang lain seperti ini. Karena membuat gue merasa gak punya pilihan lain selain membantunya.
"Tapi saya gak bisa terus menerus bekerja disini. Lagi pula, minggu depan saya ada ujian semester." Gue mencoba mengelak.
"Kamu hanya perlu membantu 3 hari di akhir pekan ini saja, karena toko ini akan mengadakan event launchingnya season terbaru dari Gintama. Dan saya rasa, yuki akan kewalahan menghandle event itu kalau tidak ada yg membantunya." Jelas bu manager.
Gue bangkit dari kursi gue, meneguk teh yg ada di hadapan gue dan memanggul tas di pundak kanan gue.
"Sepertinya ini lebih mirip sebuah perintah ketimbang tawaran." Ucap gue.
"Jadi bagaimana?" Tanya bu manager sambil menyodorkan sebuah kertas kontrak kerja ke gue.
Gue pun menjawabnya dengan langsung menandatanganinya tanpa basa basi dan kami pun bersalaman.
Walaupun sebenarnya gue males, karena yuki selalu ngejailin gue dan bikin gue kena sial. Tapi, mendengar kisah barusan, membuat gue gak bisa tinggal diam.
"Dan satu hal lagi, jangan kasih tau Yuki tentang ini. Setidaknya, sampai kamu selesai membantu disini." Ujar Bu manager mengingatkan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Buat yg sudah mampir, semoga terhibur dengan ceritanya.
Dibantu vote, share dan komennya juga ya.
Terima kasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Highschool Story : First Step (TAMAT)
HumorKisah seorang anak bernama Donni yg memilih menjadi otaku, setelah berkali-kali di tolak oleh banyak wanita dan membuatnya menjadi bahan olok-olokan seluruh siswa seangkatannya saat SMP, memulai langkah pertamanya memasuki dunia SMA. Dia berusaha un...