Gue sedang duduk bersila di atas sebuah bangku panjang yg terbuat dari papan sambil memainkan 3DS gue. Kini, gue sedang berada di sebuah warung dekat sekolah yg menjadi titik berkumpul, sebelum kami pergi ke taman hiburan.
Headset yg terpasang di telinga gue, kini sedang memainkan lagu-lagu dari Hokago Tea Time yg berasal dari anime K-ON.
Salah satu anime favorit gue yg bercerita tentang sebuah club musik sekolah yg membuat sebuah band. Mungkin bagi kalian yg suka anime dengan genre music atau slice of life, kalian bisa coba tonton anime ini.
Gue mengambil beberapa bola-bola kecil dengan rasa keju yg sering di kambing hitamkan sebagai sumber dari kebodohan generasi muda dan memasukannya ke mulut gue.
Jam digital di tangan kiri gue menunjukan pukul 09.30, berarti gue sudah duduk di warung ini sekitar 30 menitan. Namun, tak ada satu orang pun yg menunjukan batang hidungnya.
"Kemana sih mereka!. Gue udah nunggu setengah jam, tapi masih belum ada yg dateng." Maki gue kesal dalam hati.
Tiba-tiba HP gue berdering, ternyata Yuki yg menelepon gue menggunakan aplikasi Line. Kami semua sempat bertukar Line ID dan membuat grup untuk membahas detail rencana liburan ini di hari sabtu, saat pembagian rapot.
"Heh don, lu dimana sih?. Kita semua udah nungguin lu nih dari jam 9." Maki Yuki ketika gue menjawab panggilannya.
"Haah?, justru gue yg harusnya marah. Gue nih yg udah nunggu di warung bang ucok dari tadi. Pakai mau bohong segala lagi." Balas gue memaki.
"Bang ucok?. Kita kan janjian di warung mang udin. Lu baca diskusi kita kemarin di grup gak sih?" Tanya Yuki.
Gue segera mengecek history chat grup di Line. Ternyata benar, mereka merubah titik pertemuan kemarin malam dan gue gak sadar, karena gue asik main game dan tidak memperdulikan HP gue.
"Yaudah tunggu, gue ke sana." Ucap gue mengakhiri percakapan dan bergegas menuju tempat mereka berkumpul.
Sesampainya di sana, Yuki yg mengenakan celana kodok berwarna biru dongker sedang bertolak pinggang.
Dia cuma mengaitkan tali celana kodoknya yang sebelah kiri, membuat baju hitam lengan panjang yang ia pakai cukup terlihat. Gaya yang sesuai dengan karakteristiknya, keliatan santai dan kasual.
Di sampingnya, Triana yg mengenakan kemeja biru langit yg di lapis dengan sweater berbahan rajutan, serta skinny jeans hitam. Sedang duduk sembari menikmati teh botol.
Dan putra yg asik tertawa melihat gue sedang di pelototi Yuki, menggunakan hoodie dengan logo Playstation di dadanya, ditambah celana pendek.
"Kenapa lu pakai baju kaya gitu?" Komen Yuki melihat gue memakai flanel hitam dengan garis putih yg tidak terkancing, serta kaos dan celana kargo pendek yg semuanya hitam.
"Emang apanya yg salah?." Jawab gue sambil meneliti pakaian gue.
"Cuma jadi kelihatan suram, kaya masa depan lu." Ledek Yuki.
"Bodo amat, gue suka warna hitam." Tegas Gue.
"Udah-udah, mending kita berangkat sekarang." Putra menengahi.
Kami berempat berangkat menaiki angkutan umum, dipandu oleh Putra dan Yuki. Ternyata rute untuk menuju ke sana cukup rumit.
Kami memulainya dengan menaiki angkot biru muda menuju stasiun Tangerang, kemudian menaiki KRL atau kereta listrik, menuju stasiun Duri. Sampai di sana kami berpindah jalur ke arah stasiun Jatinegara.
Tetapi, kami tidak turun di stasiun Jatinegara, melainkan turun di stasiun Kampung Bandan. Kemudian kami melanjutkannya dengan menaiki Bus Trans Jakarta ke arah halte Ancol. Dan dari halte Ancol, tersedia bus 'Wara-Wiri' yg siap mengantar kami ke Dufan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Highschool Story : First Step (TAMAT)
HumorKisah seorang anak bernama Donni yg memilih menjadi otaku, setelah berkali-kali di tolak oleh banyak wanita dan membuatnya menjadi bahan olok-olokan seluruh siswa seangkatannya saat SMP, memulai langkah pertamanya memasuki dunia SMA. Dia berusaha un...