Chapter #9 - Pony & Bola basket

14 5 0
                                    

Hari sabtu ini, sekolah menjadi lebih beragam isinya. Karena sekolah memberikan kebebasan untuk para siswanya untuk mendalami hobi dan minat mereka masing-masing. Sehingga hari sabtu dijadikan sebagai hari ekstrakurikuler.

Ekstrakurikuler atau yg biasa di sebut dengan Eskul disekolah gue, memiliki beragam jenis kegiatan. Mulai dari kegiatan olahraga, Sains, budaya dan masih banyak lagi.

Para murid diberikan kebebasan memilih eskul apa yg mereka gemari. Namun, bila tidak ada satu pun kegiatan yg di sukai, biasanya beberapa murid lebih memilih meliburkan diri.

Gue sedang asik bersandar di bawah pohon besar sembari memainkan game pokemon omega ruby di 3DS gue. Buat sekedar info aja, 3DS itu adalah salah satu konsol game portable keluaran nintendo.

Angin yg sesekali bertiup memberikan hawa sejuk serta dahan pohon yg rindang, melindungi gue dari panasnya matahari. Tempat ini adalah salah satu spot favorit gue di sekolah buat malas-malasan.

Sebenarnya gue gak tergabung dengan eskul manapun. Akan tetapi, sangat di sayangkan kalau gue meliburkan diri, karena gue akan kehilangan uang jajan.

Jadi, kalau ada yg bertanya gue ikut eskul apa?. Gue akan menjawabnya dengan eskul SUJ, alias eskul Selamatkan Uang Jajan. Sehingga, gue tetap bisa malas-malasan tanpa takut kehilangan jatah uang jajan gue.

Meski hanya berdalih eskul demi menyelamatkan uang jajan, gue tetap hadir di sekolah. Karena, gue juga gak tau mau kemana lagi.

Pernah sesekali gue coba menghabiskan waktu di game center, yg malah membuat gue keluar uang lebih banyak.

Akhirnya, gue mendapatkan solusi terbaik dengan menghabiskan waktu di sekolah sambil main game dan pulang pada jam makan siang nanti.

Gimana ide gue?

Layak untuk mendapatkan sebuah penghargaan bukan?

Penunjuk Waktu yg berada di tangan kiri gue, sudah menunjukan pukul 11.23. Berarti tinggal 30 menitan lagi sebelum waktunya gue pulang.

Gue memutuskan untuk menyudahi permainan pokemon gue dan menyimpannya di ransel, lalu melihat-lihat ke sekeliling gue.

Para murid sedang menikmati kegiatan eskul mereka. Di lapangan basket yg tidak jauh dari tempat gue bersantai, mata gue menangkap sesosok murid yg tidak asing lagi.

Rambut poni dengan kacamata yg menjadi ciri khasnya itu, membuatnya dengan mudah gue kenali. Murid itu adalah Triana alias si poni.

Agak terkejut juga gue melihat si poni senang dengan aktifitas fisik. Gue pikir dia seorang kutu buku, karena menilai dari kacamatanya itu. Tapi memang kita tidak boleh menilai seseorang, hanya dari tampilan luarnya saja.

Entah kenapa gue jadi memperhatikan pertandingan tim basket cewe yg sedang sparing dengan sekolah lain itu. Mungkin karena mengingatkan gue akan anime tua yg masuk kedalam list anime terbaik sepanjang masa versi gue, yaitu SlamDunk.

Dan juga... Permainan si Triana yg ditampilkan mirip seperti Hanamichi Sakuragi, atau bahkan lebih buruk. Permainannya sangat kacau, ia melakukan banyak kesalahan dasar yg membuat timnya merugi.

Kesalahan-kesalahan seperti salah mengoper bola ke musuh, melakukan traveling, dll. Membuatnya terlihat lebih payah dari pada pemain basket pemula.

Meski begitu, ia sempat menyumbangkan 1 three poin dan 2 jump shoot untuk timnya.

Tapi tetap saja, kesalahan yg dibuatnya menghasilkan poin lebih banyak untuk musuh, ketimbang poin yg ia hasilkan untuk timnya

Gue pun memejamkan mata sekaligus meregangkan badan yg terasa kaku, lalu merebahkan diri gue di atas rumput.

Ternyata melelahkan juga, meski yg gue lakukan hanya bermain game dan malas-malasan.

Tak lama kemudian,

Priiit!!!

Suara pluit bergema di lapangan. Diikuti Triana yg terlihat lesu karena di tarik keluar dan digantikan pemain lain oleh sang pelatih.

Gue pun bangkit. Menaruh ransel di pundak kanan gue, kemudian melangkah pulang. Karena sudah tidak ada yg perlu dilihat lagi.

Ketika melewati sisi lapangan basket, gue melirik ke arahnya. Gue melihat Ia sedang menatapi tanah dengan handuk menutupi kepalanya. Tangannya yg terkepal, terlihat sedikit gemetar.

Itu sudah lebih dari cukup, untuk membuktikan betapa menyesalnya dia dengan performa yg di tampilkannya hari ini.

***

Gue menguap, entah sudah yg keberapa kalinya. Jam di tangan kiri gue menunjukan pukul 06.30. Meski hari ini adalah hari minggu, gue tetap harus bangun pagi.

Bukan untuk pergi ke sekolah tentunya. Gue akan pergi ke Pillo mall untuk mengantri rilisan game The Witcher 3 collector's edition yg hanya tersedia untuk 100 orang pembeli pertama.

Sebagai otaku profesional, tentunya gue punya koleksi-koleksi khusus dari sebuah game atau anime, meskipun tidak semuanya.

Karena harga barang-barang koleksi ini lumayan mahal. Untuk bisa mengoleksinya, gue harus selalu menyisihkan uang jajan gue sebagai tabungan khusus gue.

Atau kalau kepepet dan harus meminjam uang ke enyak gue, biasanya akan gue bayar dengan memotong jatah uang jajan gue, atau menggantinya dengan menjalankan tugas bersih-bersih dirumah selama sebulan.

Pillo mall akan di buka sekitar jam 08.00, tapi kenapa gue harus berangkat sepagi ini?. Tentu saja untuk memastikan gue bisa termasuk dalam 100 pembeli pertama itu.

Yang gue lakukan ini belum seberapa. Karena ada saja orang yg rela menginap di depan mall demi mendapatkan barang kolektor dengan seri nomor #001.

Ya, begitulah kalau sudah menjadi kolektor hardcore. Sebutan untuk para kolektor yg rela mencurahkan segala apapun yg mereka punya demi hal yg membuat mereka bahagia.

Respect buat mereka.

Gue pergi ke Pillo mall dengan menaiki angkot berwarna biru muda, dan nantinya akan gue lanjutkan dengan menaiki angkot berwarna putih.

Kenapa gak naik motor?

Ya jelas karena gue gak punya. Dari pada beli motor sudah jelaskan, akan gue alokasikan kemana uangnya. Toh, gue bukan tipe orang yg suka berkegiatan di luar rumah.

Dan satu hal lagi, gue gak bisa mengendarainya.

Gue turun dari angkot biru muda di sebuah peremapatan dekat taman, dimana angkot putih biasanya mangkal. Sayangnya karena hari minggu, angkot putih yg biasanya mangkal, sekarang tidak ada.

Wajar saja, karena biasanya mereka mangkal untuk menunggu penumpang yg akan berangkat kerja. Sedangkan mayoritas para pekerja libur di hari minggu.

Sembari menunggu angkot yg belum tiba, gue melihat-lihat ke arah taman.

Taman ini tidak terlalu populer di kalangan masyarakat, sehingga suasananya tidak begitu ramai. Gue hanya melihat ada beberapa orang saja yg sedang jogging di taman itu.

Mungkin, warga lebih memilih olahraga di taman yg berada di pusat kota. Karena di sana tamannya jauh lebih besar dan fasilitasnya lebih lengkap. Serta, sering di adakannya event senam sehat, jalan sehat, dan event-event sehat lainnya.

Sedangkan si taman ini hanya ada trek jogging kecil yg mengelilingi taman, beberapa mainan anak-anak seperti ayunan, jungkat jungkit, dan palang-palang besi yg gue gak tau bagaimana cara menggunakannya.

Dan di sudut area taman terdapat setengah lapangan basket yg memiliki satu ring, dan ada seseorang yg...

"Eh... Bukannya itu si triana ya?." Ucap gue dalam hati.


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Buat yg sudah mampir, semoga terhibur dengan ceritanya.

Dibantu vote, share dan komennya juga ya.

Terima kasih :)

My Highschool Story : First Step  (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang