Chapter #6 - Terlambat

13 6 0
                                    

Nafas gue tersengal-sengal. Tubuh yg biasanya gue gunakan untuk malas-malasan ini, gue paksa untuk berlari ke sekolah. Meski begitu, tidak membuat gue tiba tepat pada waktunya.

Sial, sepertinya gue harus mencari jalan lain buat masuk. Gue gak bisa bolos hari ini. Karena saat pelajaran kedua, jatahnya wali kelas gue untuk mengajar.

Pura-pura sakit aja menurut kalian?

Huuhh, kalian gak tau aja gimana Bu Lativa, dia pasti akan menanyakan alasan gue kenapa gak masuk kelasnya saat bertemu di minggu berikutnya.

Kalau gue beralasan sakit, dia akan langsung mengkonfirmasinya dengan menelpon orang tua gue saat itu juga. Dan cerita ini akan berakhir dengan ending sang karakter utama sekarat, diamuk oleh dua ekor harimau betina.

Kalian masih penasaran dengan kelanjutan cerita gue di SMA kan?. Jadi, lupakan ide untuk menyuruh gue pura-pura sakit.

"Psst... Psst..." Gue mendengar suara misterius yg entah datangnya dari mana.

Gue pun terkejut saat ada batu kerikil kecil yg berhasil mengenai bahu kiri gue.

Mata gue segera mencari siapa pelakunya, dan berhasil membuat gue terkejut saat menemukannya.

Ada sesosok hitam sedang melambaikan tangannya, seakan memanggil gue dari balik tembok samping sekolah.

Awalnya gue ragu kalau makhluk itu adalah manusia dan membuat gue enggan untuk mendekatinya.

Tetapi karena dia melempari gue dengan beberapa kerikil lagi, gue segera mengangkat tangan gue untuk menutupi wajah gue dan terpaksa berjalan mendekatinya agar ia berhenti melempari gue dengan kerikil.

Setelah semakin dekat, akhirnya gue yakin kalau dia itu manusia juga.

Tubuhnya yg mungil dengan tinggi sekitar se-bahu gue dibalut dengan hoodie berwarna hitam, dengan kupluk yg hampir menutupi seluruh wajahnya.

Ditambah celana abu-abunya membuat gue berfikir kalau dia adalah siswa dari sekolah ini juga.

Dia pun membuka sebagian resleting hoodienya kemudian berkata, "Lihat, seragam kita sama." Sambil menunjukan seragam putih dengan logo osis di sakunya.

"Dari sabang sampai merauke, semua seragam SMA sama semua, putih abu-abu." Balas gue.

Apasih yg dia pikirkan?. Hari ini kan jadwalnya memakai seragam putih abu-abu. Ya jelas aja semua sekolah sama. Kecuali dia memakai seragam batik, biasanya tiap sekolah akan berbeda jenis motifnya.

"Oh sory, ini maksud gue," Dia menunjukan badge sekolah yg ada di lengan kanan seragam putihnya.

"Lihat, kita dari sekolah yg sama." Ucapnya kini dengan penuh keyakinan.

Kayanya dia gak perlu repot-repot deh. Dengan berada disekitar sekolah ini aja gue udah bisa menebak kalau dia juga murid disini. Sungguh penjelasan yg sia-sia.

"Terus kenapa?" Tanya gue.

"Lu telat kan?" Si kupluk (julukan yg gue berikan buat siswa misterius ini) balik bertanya.

Gue mengangguk.

"Sekarang ikut gue, kita cari jalan masuk lewat belakang." Ujarnya memberi ide.

Walaupun sebenarnya gue ragu, tetapi hanya ini solusi yg bisa gue ambil untuk pemecahan masalah yg sedang gue hadapi.

Akhirnya gue mengikutinya mencari jalan pintas untuk masuk ke sekolah. Kami menyusuri tembok pembatas sekolah hingga ke bagian belakang sekolah.

Sekolah gue berada di pinggir jalan raya dengan jalan kecil perumahan warga yg mengelilinginya. Di bagian belakang tembok sekolah, terdapat pemukiman warga yg suasananya cukup sepi.

My Highschool Story : First Step  (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang