Chapter #1 : Salam Kenal

77 10 0
                                    

Alarm berbunyi nyaring, membangunkan seorang anak yg akan memulai kisah SMAnya hari ini. Di matikannya alarm dari HPnya tersebut, dan seketika membuatnya terperanjat karena ternyata jam di hpnya menunjukan pukul 06.45 dan kini ia bergegas berangkat ke sekolah dengan terburu-buru.

Karena gerbang sekolahnya hampir ditutup, ia pun menambah lajunya yg malah membuatnya bertubrukan dengan seorang siswi....

Tiiittt....!!! Bleepppp!!!! suara dari remot dibarengi layar tv yg berubah menjadi gelap.

Gue melempar remot tersebut ke meja, kemudian bersandar ke sofa dan memejamkan mata.

"Ahhh, bosen gue sama pembukaan template drama kaya gitu, nanti juga ujung-ujungnya tabrakan sama cewe terus pacaran." Batin gue dalam hati.

"Heeh..." Ujar seorang wanita sambil mendorong bagian belakang kepala gue dengan salah satu jarinya.

Gue membuka mata dan menoleh ke arah asal suara tersebut, ternyata wanita itu adalah enyak gue.

Kata enyak itu sendiri adalah pengganti kata ibu yg biasa digunakan oleh orang keturunan betawi.

Ya, gw mewarisi garis keturunan suku betawi.

Kalian gak percaya? 

Oke, gue akan sedikit memperkenalkan diri gue ke kalian.

Nama gue Donni Sabeni, hasil dari persilangan Benni Sabeni yaitu babeh gue dan Donna putriana yaitu istri babeh gue, yg otomatis menjadikannya sebagai enyak gue.

Bila mendengar nama "Sabeni" biasanya orang-orang akan tahu kalau gue adalah keturunan suku betawi.

Gimana, kalian sudah percaya sekarang?.

"Tidur sono don, besok kan hari pertama kamu masuk SMA." Ujar enyak gue.

"Iya nyak." Jawab gue, seraya bangun dari sofa dan pergi ke kamar.

Gue masuk ke sebuah ruangan dengan poster-poster bergambar kartun ala jepang terpasang di dinding. Deretan CD anime dan manga yg berjajar dengan rapih pada rak nya, serta beberapa kaset game yg berserakan dilantai bersama dengan konsolnya.

Suasana sebuah kamar yg menggambarkan bahwa pemiliknya adalah seorang yg telah terbuang dari kehidupan sosialnya dan berusaha bertahan hidup lewat fantasinya untuk lari dari dunia nyata.

Gue merebahkan diri di kasur yg berada di pojok ruangan tersebut, kemudian menatap ke arah langit-langit kamar sambil melamun.

"Besok udah masuk SMA ya..." Ucap gue dalam hati sembari menghela nafas berat.

Kalau mendengar kata SMA mungkin yg tergambar dalam otak kalian adalah hal-hal indah masa remaja. Namun, beda halnya dengan gue.

Gue memejamkan mata.

Tergambar sesosok anak polos berseragam putih biru, yg dengan bodohnya termakan bualan dari drama tv dan berharap kisah sekolah menengahnya bisa berjalan indah seperti itu.

Gue menyeringai melihat kelakuan anak bodoh itu.

Kenyataan mulai menghampirinya, penolakan pertama datang dengan kata "sory, gue mau fokus belajar dulu," sukses membuatnya menangis semalaman.

Penolakan kedua datang dengan kesan harapan semu dengan kata "kayanya kita mending temenan dulu aja," yg kemudian hilang dan tak sudi menunjukan batang hidungnya didepan anak itu lagi.

Penolakan ketiga datang dari sebuah omong kosong dengan kata "maaf, gue gak boleh pacaran," yg memberikannya tamparan keras saat melihatnya memadu kasih dengan teman sekelasnya sendiri, hanya berselang beberapa minggu setelah ia ditolak.

Meski pahit, ia masih tidak ingin kehilangan harapannya. Akan tetapi, kenyataan seakan enggan berkawan dengannya.

Penolakan-penolakan berikutnya datang dengan kata yg menyayat hati. Mulai dari kata "Sory, lu bukan level gue," kemudian kata "Ngaca gih, sadar diri," hingga kata "Ogah, najis lu," Membuatnya hampir kehilangan harapan.

Layaknya kisah drama di TV, tidak melulu hal-hal menyedihkan saja yg disajikan. Kini ia mulai merasakan hal-hal manis yg di impi-impikan.

Seorang bidadari cantik yg turun ke bumi, mengajaknya bermain-main di jajaran bintang yg gemerlap. Membuatnya terlena dalam kenikmatan fana dan membuatnya lupa akan satu hal.

Bahwa ia tidak bisa 'Terbang'.

Sang dewi mengajaknya bermain di atas langit, dimana orang biasa tidak akan mampu mencapai tempatnya.

Seorang idola sekolah yg mendekatinya, hanya karena anak bodoh itu selalu berbuat baik dan mau menuruti perintahnya.

Tetapi ketika keinginan dan harapannya memuncak dan kemudian menyatakan cinta pada sang dewi, hanya tatapan hina yg dia dapatnya dari sang dewi pujaan.

Sang dewi merasa terhina, mainan itu pun dikembalikannya ke bumi. Di lepaskan nya ia dari ketinggian puluhan ribu kilometer. Dan ketika mencapai tanah, mainan itu tak berdaya lagi untuk bangkit.

ia, dihancurkan dengan kata "Seorang budak jangan pernah bermimpi untuk bersanding dengan seorang bidadari," dan dijadikan bahan lelucon oleh hampir seluruh murid.

Gue merasa iba dengan nasib yg diterima anak bodoh itu, tidak ada yg salah darinya. Ia hanya ingin merasakan nikmatnya kehidupan remaja, nikmatnya berbagi kasih dengan lawan jenis seperti yg dilihatnya di drama tv.

Gue menghampiri anak itu, memegang pucuk kepalanya dan kemudian berkata.

"Sudah, sebisa mungkin jauhi wanita. Mereka hanya memberikan kesialan dan rasa pahit buat lu."

Kemudian, gue menyodorkan tangan gue.

"Sini ikut gue, ikut ke dunia yg tidak akan mengecewakan lu. Dunia yg membuat lu bisa melakukan apapun dan menjadi siapapun yg lu mau."

Kemudian gue kembali membuka mata.

Kini, disinilah dunia gue yg sebenarnya, didalam sebuah kamar yg diisi oleh barang-barang fantasi buatan jepang. Sebuah dunia imitasi yg disebut dunia para 'otaku'.

Dunia dimana rumornya diisi oleh orang-orang pecundang yg lari dari kenyataan, dan juga oleh orang-orang lemah yg berharap hasratnya dapat tercapai, meski semuanya hanya fantasi belaka.

Gue memiringkan posisi tubuh gue, kini menghadap tembok. Sebuah seringai kembali terlukis di bibir gue. Mengingat betapa pecundangnya gue sekarang ini.

Mungkin saat ini gue sedang lari dari kenyataan, tapi bukan berarti gue membuang semuanya. Membuang kehidupan nyata gue, membuang kehidupan sosial gue, atau bahkan membuang harapan kecil gue semasa SMP dulu.

Tidak, tidak sama sekali.

Perasaan itu masih tersimpan di hati kecil gue. Namun, kini letaknya jauh didasar hati kecil gue yg gak semua orang dapat menyentuh atau bahkan hanya sekedar melihatnya.

Gue hanya sedikit menjauh agar gue bisa melihat lebih luas, berfikir lebih dalam dan bertindak lebih tepat. Terutama, saat berhadapan dengan wanita.

Karena gue merasa setiap wanita yg gue dekati akan berubah menjadi dewi kesialan dan berujung malapetaka buat gue.

Entah itu kutukan atau hanya prasangka gue saja. Akan tetapi, begitulah kenyataan yg ada. Kenyataan yg membuat gue enggan mengingat kembali masa SMP gue.

Dan besok adalah hari dimana gue akan menginjakan kaki gue di SMA. Harapan gue hanya satu.

Semoga dewi kesialan tidak masuk ke sekolah yg sama dengan gue.

Ya, semoga saja.

Makin lama gue melamun dan memikirkan cerita perjalanan kelam gue di masa lalu, rasa kantuk kian menyelimuti dan akhirnya gue hanyut ke dalam alam mimpi.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Buat yg sudah mampir, semoga terhibur dengan ceritanya.

Dibantu vote, share dan komennya juga ya.

Terima kasih :)

My Highschool Story : First Step  (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang