3. Hukuman

43 5 0
                                    








Larisaa menurunin anak tangga satu persatu setelah siap untuk berangkat sekolah. Tapi ia hendak sarapan terlebih dahulu.

Terlihat mama-nya yang tengah menyiapkan sarapan untuk keluarganya.

"Mama mau tau gak siapa yang jadi ketua osis sekarang?" Tanya larissa pada wanita paruh baya tersebut.

"Gak mau tau sih, tapi mama kepo,siapa dek?" Tanya mama.

"Ih mama" Larissa mendengus kesal.

"Kevan, kevan anak kawannya papa, siapa si namanya?" tanyanya sambil berpikir.

"Ooh, si kevan ya. Anak om jani,kamu deket sama dia?" Tanya mama .

"Engga ma, ga selokal. Tapi kalau jumpa negur si"

"Oh gitu, sering sering main bareng. Kan papa temenan sama om jani"

Keasikan ngobrol dengan mamanya, larisa sampai lupa waktu, tinggal 15 menit lagi gerbang akan ditutup dan jalanan mulai macet.

"Udah telat kita sambung sepulang sekolah aja ya ma, aku berangkat dulu" lalu larissa mencium tangan mama lalu pergi ke sekolah.


🌟🌟🌟

Larissa berlari kecil ke arah pagar yang hendak ditutup oleh penjaga sekolah.

"Pakkk... eh tungguu!" teriak nya.

"Eh kok udah ditutup baru juga telat semenit" keluh larissa dengan nafas tersengal.

"Larissa tumben kamu telat, biasa datang awal" tanya pak satpam dengan heran karna tak biasanya gadis yang dihadapannya ini terlambat.

"Sana ikut barisan " pak suman selaku penjaga sekolah menyuruhnya untuk bergabung dengan murid yang lainnya.

"Buat yang telat hari ini hukumannya lari 5 kali lapangan, selesai dari itu membersihkan seluruh area sekolah" pak kairul memberi arahan.

"yang bener aja lima kali"

"Bujrug buset, mana disuruh bersihin sekolah segede gaban gini"

Para siswa mengeluh.

Namun, ada sesuatu yang menarik penglihatan larissa. Seperti tampak tidak asing.

"itu...bukannya, Lintang? " batinnya

Seperti sedang bertelepati. Sedetik kemudian lintang juga menatap dirinya. Buru buru larissa alihkan pandangan ke arah lain.

Sial.

Lalu lintang dengan tubuh bongsornya itu datang ke arah larissa. Ia berusaha bersikap normal. Sebenarnya ia sedikit gugup ketika berada di dekat laki laki, kecuali marka.

"Kenapa telat? biasanya datang awal." Tanya nya sambil berlari kecil hendak memulai memutari lapangan.

"Hehe, tadi macet dijalan"

"Tatap ke depan aja kalau lari, jangan ke aku. Nanti jatuh"

"Hah? oh iya ya" balasnya kikuk.

Dia selalu saja bisa membuat larissa malu. Padahal sebenarnya larissa melihatnya karena dia mengajak berbicara. Tidak mungkin larissa memalingkan wajahnya.

AdolescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang