malamnya larissa bersiap mengunjungi klinik terdekat untuk mengecek keadaannya. sedari tadi ia hanya mondar-mandir mengelilingi kamarnya, ada sedikit rasa cemas yang menyelimuti dirinya.
Tiba-tiba ada suara notifikasi handphonenya yang membuatnya terloncat kaget.
"ih, ngagetin aja"
"aduh nyeri banget dada gue, udah dong cemasnya" geramnya sambil meremat bajunya keras
tiba-tiba muncul notifikasi dari ponselnya.
"dek, udah siap? " teriak taqi dari luar kamar larissa.
"iya udah"
setelah mempersiapkan diri larissa akhirnya keluar dari kamarnya. dan ya, telapak tangannya sudah basah terlebih dahulu.
sesudah sampai di klinik tersebut larissa ditemani bersama mamanya, taqi menunggu diluar.
"permisi, selamat malam dok" sapa marisa
"malam buk, silahkan duduk" ucap dokter tersebut.
"ada keluhan apa, ibu? "
"anak saya dok... " marisa memberi jeda dan melihat larissa sebentar.
"tangannya suka keringatan, itu kenapa ya dok? bahaya gak? "
"bentar ya, kita cek dulu" kemudian perawat membantu larissa baring di bangsal.
dokter tersebut mengecek mulai dari tekanan darah, dan mata larissa yang ia sendiri tidak tahu.
"aman-aman aja buk, ini bisa jadi bawaan dari lahir, genetik, atau mungkin ada kelainan jantung" ucap dokter tersebut setelah selesai mengecek larissa.
"banyak juga kok yang kayak kamu, temen saya dokter juga tangannya suka keringatan, selain itu kamu juga harus bisa mengontrol kecemasan supaya tidak terpicu keluarnya keringat tadi"
"tapi, bahaya gak dok? terus ada kaitannya gak dengan tuberkulosis? " larissa memberanikan diri.
"oh tentu tidak ada kaitannya, dan aman. ini saya resepkan obatnya ya untuk meminimalisirkan keringatnya"
"trimakasih dokter" ucap marissa.
"syukurlah gak bahaya" ucap mama lega
"iya ya ma, tadi udah overthinking banget aku tu" rengeknya.
"gimana, ma? " tanya taqi nyamperin.
"aman kak"
"alhamdulillah, kalau gitu"
🌞🌞🌞
"aman, sa? " tanya marka
"aman dong"
"WOI, GILA" teriak fay tiba-tiba.
"nih anak kesambet apa lagi pagi-pagi teriak" ucap lintang kesal lantaran telinganya menjadi sakit akibat teriakan temannya di pagi hari.
"apasih jamet" sahut rachel.
"mending lo pada liat menfess sekolah" perintah fay
KAMU SEDANG MEMBACA
Adolescent
Teen Fictionkata orang, umur belasan adalah umur yang dimana kita bisa merasakan kebebasan yang nantinya akan tergantikan oleh kesibukan di umur puluhan. tapi rasanya tidak semua remaja menikmati usia belasan mereka dengan baik. justru mereka berusaha untuk te...