✨······················································✨setelah besok paginya rasa sakit kram itu tidak muncul lagi, larissa bersemangat untuk segera pergi ke sekolah. terlihat dari senyum di bibirnya yang merekah.
"ada yang seneng banget kayaknya hari ini" sahut mama.
"iya seneng karena mau ke sekolah, bosen dirumah gak ada siapa-siapa" sarkas larissa.
"eh kok mukanya cemberut gitu anak papa, tadi perasaan kayaknya seneng banget" balas papa larissa ketika mereka makan pagi bersama di meja makan.
"maaf ya nak. kalau bisa papa luangin waktu sebentar aja pasti papa langsung balik ke rumah, tapi ini benar-benar gak bisa ditinggalkan sama sekali. gimana kalau minggu kita keluar kota?" ucap papa larissa sambil membujuk anak gadisnya tersebut.
"ah bohong, papa kan sibuk di ruang kerja kalau weekend" balas larissa masih dengan wajah kesalnya.
"kali ini enggak nak, minggu kita beneran jalan-jalan, iyakan ma?" tanya papa sambil melirik mama larissa.
"iya, terserah kamu mau kemana, kita ngikut aja" balas mama.
"mending kita ke zoo aja, pa" usul taqi
"iya boleh-boleh, udah lama banget gak ke zoo. janji ya? awas aja kalau bohong, aku mogok makan"
"emang kamu pernah mogok makan? terlebih lagi badan kamu kelihatan malnutrisi gitu" balas taqi.
"ih, tuhkan masih pagi nyari ribut" balas larissa kesal dengan mengerucutkan bibirnya.
"masih sakit gak perutnya?" tanya taqi ketika mereka sudah diperjalanan.
"udah enggak" jawabnya singkat.
"jutek amat, kemarin siapa yang rengek-rengek minta diantar pulang? padahal kakak ada ulangan dadakan"
"jadi gak ikhlas nih ceritanya?" seru larissa.
"gak gitu my twin, eh lu kalau ngambek mulu ntar banyak ubannya" ujar taqi, kali ini memilih menggunakan panggilan lu-gue.
"mana ada begitu, ngadi-ngadi aja lo kak"
"kita kenapa gak se gender sih kak? kan enak kalau lo cewek kita bisa tukeran apa aja, apalagi bohongin temen"
"yo ndak tau kok tanya saya, coba protes sama yang Maha Kuasa, berani emang kamu? untung-untung kakak ganteng, baik, rajin menabung, rajin ibadah pula" jawab taqi dengan percaya diri.
"kok diam aja? diam berarti tandanya iya" ujar taqi menoleh ke arah larissa.
"dih" desis larissa.
"kenapa juga kamu gak cowok? kan bisa kakak ajak sparing sama mabar game" tanya taqi balik.
"masuk aja lagi ke rahim mama" jawab larissa gemas.
setelah selesai dengan debatan kecil-kecilan selama perjalanan, akhirnya mereka sampai digerbang sekolah, dan menyapa pak suman selaku penjaga keamanan sekolah disana.
"pagi pak suman, udah ngopi belum?" sapa larissa.
"pagi juga larissa, barusan aja tadi ngopi" balas pak suman mengangguk sambil tersenyum ke arah taqi.
"semangat jalani harinya ya pak, kita duluan dulu"
"iya nak, semangat juga belajarnya" ucap pak suman.
ketika mereka berdua sedang melewati lapangan, tiba-tiba larissa tersentak saat ada seseorang yang mengejutkannya dari belakang.
"ih fay, salam kek apa kek. kayak hantu tahu gak lo nganggetin aja" sungut larissa mengelus dadanya yang terasa tidak nyaman karena sentakan yang ia terima tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adolescent
Teen Fictionkata orang, umur belasan adalah umur yang dimana kita bisa merasakan kebebasan yang nantinya akan tergantikan oleh kesibukan di umur puluhan. tapi rasanya tidak semua remaja menikmati usia belasan mereka dengan baik. justru mereka berusaha untuk te...