larissa melirik ke arah tubuh lintang, menerka-nerka bagian mana yang terkena air panas. tapi anak tersebut terlihat baik-baik saja.
"bagian mana yang kesiram?"
"apanya?" tanya lintang bingung
"semalam kan kamu bilang kesiram air panas"
"oh itu"
"oh itu oh itu, dijawab" balas larissa kesal.
"kaki adik aku, bukan aku"
"oh, kamu ada adik ya? berapa bersaudara?"
"iya ada, cuma berdua"
"adik kamu gimana keadaannya?" tanya larissa di sela-sela jam pelajaran pertama.
"udah mendingan"
"kelas berapa sih?"
"kelas sepuluh"
"sekolah sini? atau beda sekolah sama kamu?"
lintang yang merasa terganggu dan malas untuk menjawab pertanyaan seputar keluarganya itu menatap larissa datar namun sesaat kemudian berubah menjadi tersenyum tipis.
"yah, mulai deh mukanya" cengir larissa. jika saja gadis yang didepannya ini adalah orang lain, maka gadis itu lebih memilih untuk diam, tapi tidak dengan larissa.
"nomor 8 apaan deh lin?" larissa mendongak melihat buku tulis lintang.
"slum area" jawab lintang singkat.
"oh, slum area tuh pemukiman kumuh ya artinya"
"maaf ya nak, ibu ada urusan. lanjutkan latihannya, setelah selesai kumpulkan ke ketua kelas" titah guru sosiologi setelah mendapatkan panggilan telepon tersebut lalu pergi meninggalkan ruang kelas.
"iya, rumah dan kondisi hunian masyarakatnya yang tidak layak. bahkan tanah yang mereka tempati juga tanah ilegal"
"kenapa ilegal? kan mereka bangun rumah sendiri"
"ilegal karena mereka menempati tanah yang bukan milik mereka"
"terus kenapa bisa ada slum area, kan bisa nyari tempat yang lebih bagus" tanya fay tiba tiba, mengarahkan posisi duduknya Menghadap belakang ke arah tempat duduk lintang dan larissa.
"ada banyak faktor, yang paling sering dijumpai ya masalah ekonomi, dan orang-orang yang merantau lalu nyari kerjaan di kota tersebut"
"kenapa merantau ya, padahalkan kerjaan banyak di tempat mereka" tanya fay lagi.
"ya lo pikir aja gaji di kota lebih gede, mungkin? dari pada tempat asal mereka, kebanyakan gitu" balas marka.
"merantau juga belum tentu dapat pekerjaan yang gajinya gede. tapi lumayanlah, karena mungkin dikota banyak lowongan" ucap bianca.
"namanya juga adu nasib. tapi kalau misalnya masih nganggur dan belum keterima orang-orang pasti bisa lakuin apa aja buat hasilin uang" balas larissa.
"iya, termasuklah tindakan kriminal, kegiatan kejahatan merajarela" lintang menjetikkan jarinya.
"makanya lo pada jangan ntar tamat sekolah sok-sokan nikah muda karena iri liat teman. gak masalah kalau ada kerjaan netap, kalau engga? mau kasih makan bini dan anak apa? ingat, nikah itu bukan acuan siapa yang paling cepat, bukan ajang perlombaan melainkan kesiapan mental, fisik, dan finansial sama agama"
"dan emang rezeki itu udah di setel sama yang kuasa tapi kalau gak dibarengi sama usaha sama aja bohong" tambah marka.
"nah bener kata marka, itu juga bisa jadi faktor terjadinya slum area" lintang menunjuk marka dengan jari telunjuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adolescent
Teen Fictionkata orang, umur belasan adalah umur yang dimana kita bisa merasakan kebebasan yang nantinya akan tergantikan oleh kesibukan di umur puluhan. tapi rasanya tidak semua remaja menikmati usia belasan mereka dengan baik. justru mereka berusaha untuk te...