sekarang telah memasuki jam pelajaran bahasa indonesia, ternyata banyak diantara dari mereka yang belum siap mengerjakan tugas puisi dikarenakan lupa, tidak pandai berpuisi dan lainnya.
"puisi lo apaan sa?" tanya bianca penasaran.
"ada deh"
"emang lo pede tampil depan?" tampak fay ingin menurunkan kepercayaan diri temannya.
"masalah pede itu belakangan, yang pasti tugas gue udah siap fay" larissa membanggakan dirinya agar fay kesal.
"yeu, gak teman sejati emang lo" fay melakukan guilt trip.
"bukan masalah sejati atau enggaknya, nilai itu masalah per-individu. gak harus ikutan teman biar dikatain sejati, apalagi dalam hal yang gak baik. masa lo masuk jurang gue juga ikutan, yang benar aja" tegas larissa meluruskan temannya.
"udah-udah, mbak-mbak yang cantik jangan ribut ya. saya juga belum siap nih" ujar marka berusaha menenangkan kedua temannya yang sedang beradu mulut.
"gue tebak ni anak pasti juga belum" tebak marka ke arah teman yang berada duduk dibelakangnya.
"dih otak lo, negatif mulu"
lalu lintang merogoh isi tasnya dan mengeluarkan buku tulis bewarna hitam bercorak abstrak tersebut, lalu melemparkannya ke arah marka, untung saja anak itu siap siaga, jika tidak hidungnya yang mancung akan jadi taruhannya.
marka menganga, speechless.
"maksudnya apa ya bang? puisi lo kenapa keren banget!" marka geram sendiri, sambil membanting buku lintang ke mejanya.
"sat"
"sat, sat, gue bukan satria dongo"
"serah lo, sini buku gue" lintang mengulurkan tangannya.
"bentar deh, mak lo dulu ngidam apaan dah, heran gue" tanya marka penasaran, sambil meneliti tiap inci wajah lintang.
"udah ganteng, pinter pula, gak usah maruk ya bestie. gue gak kebagian kan sekarang" tambahnya lagi dengan nada kesal.
"kok protes ke gue, emang Tuhan ngasihnya begini. kalau kata D'masiv... syukuri apa yang ada, hidup adalah anugrah"
"kan, bagus pula suaranya. pantes aja dikejar-kejar cewek mulu, tapi anaknya aja yang aneh" tawa marka.
"dari pada mulut lo nyala terus, mending buat puisi. supaya gak di strap lagi" ujar lintang menyarankan.
fay pun sibuk tengah memikirkan ingin membuat puisi seperti apa.
anak-anak lainnya yang belum mengerjakan tugas pun sibuk tengah memikirkan membuat puisi sembari menunggu kehadiran buk diana dikelas.
setelah berkutik dengan otaknya masing-masing, akhirnya marka menyelesaikan puisinya dengan cepat, begitupun dengan fay yang tampak sudah menyelesaikan puisinya.
setelah beberapa menit berlalu akhirnya buk diana sampai dikelas dan menyapa.
"selamat siang semuanya, maaf ibu sedikit terlambat"
"puisi kemarin sudah siap semua kan?" tanya buk diana sambil melihat satu-satu wajah muridnya yang menegang.
"kalau begitu, silahkan yang ingin maju membacakan puisinya akan mendapatkan nilai tambahan, kalau tidak ya pas-pasan"
semuanya cemas, bukan karena belum menyelesaikan puisi, karena sebelum kedatangan buk diana tadi mereka sibuk membuat puisi walau asal. yang mereka takutkan adalah ketika membacakan puisi didepan seluruh teman sekelas, takut diledek karena merasa puisinya kurang bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adolescent
Teen Fictionkata orang, umur belasan adalah umur yang dimana kita bisa merasakan kebebasan yang nantinya akan tergantikan oleh kesibukan di umur puluhan. tapi rasanya tidak semua remaja menikmati usia belasan mereka dengan baik. justru mereka berusaha untuk te...