sore ini langit tampak cerah, secerah hati gadis bernamakan satelit. tengah asik duduk diteras sambil bermain dengan kucing kesayangannya, bernamakan moya, kucing berjenis ras munchkin.
"moyaa, puss ctctct ..." panggil larisa saat melihat kucingnya yang sedang beraba-aba ingin mengejar mainan yang dimainkan oleh larissa.
namun kucingnya terkejut kala taqi membuka pintu utama, alhasil moya berlarian kesana kemari.
"ih kakak, kalau buka pintu tuh aba-aba dulu" wajah larissa berubah cemberut.
"yakali kakak hitung 1 2 3, kayak mau kagetin orang aja" balas taqi.
padahal larissa sudah berusaha semaksimal mungkin, karena ia baru saja mengadopsi kucing itu semalam. dan butuh waktu untuk kucing itu bisa berbaur dengan anggota keluarga dan lingkungan rumah.
"ikut gak nih"
"kemana kak?"
"boker"
larissa ingin melempari kakaknya dengan sandal, namun ia hanya menggertak kakaknya, tidak sampai hati gadis itu melukai kakaknya walau tingkahnya selalu membuat kesal.
"supermarket, disuruh mama"
"ikut dong" balas adiknya itu cengengesan.
lalu mereka melesat melaju menggunakan motor.
sementara lintang sedang merebus air, ingin membuat kopi di sore hari. kedua orang tuanya sedang berpergian, hanya dia, adiknya.
rejandra sedang menuruni tangga ingin ke dapur lalu membuka kulkas dan mengambil es krim yang ada disana.
air yang lintang rebus sampai mengepul itu sudah mendidih, ketika ia hendak berbalik badan dan menuangkan kedalam cangkir bersamaan dengan saat itu reja mundur dan tanpa sengaja keduanya bertabrakan, alhasil air yang didalam panci tersebut jatuh mengenai kaki reja, lintang sempat menghindar tapi tidak dengan adiknya.
"aduh kak, perih!" teriak reja.
buru-buru lintang meletakkan panci yang sudah kosong airnya tersebut ke meja dapur lalu segera menuntun adiknya untuk duduk di sofa.
"maaf ja, kakak gak tau ada kamu tadi dibelakang, bentar ya kakak cari obat pereda nyeri" lintang pergi meninggalkan adiknya sendiri dirumah dan berlarian mencari kunci motornya dan mencari obat di apotek terdekat.
"mama mau buat apa kak?" tanya larissa pada kakaknya saat sudah didalam supermarket.
"mama bilang mau buat pizza si"
"ini udah cukup belum? atau ada yang kurang?"
"kayaknya udah deh kak" lalu mereka pergi ke kasir dan membayar tagihan belanja.
lintang memakirkan motornya sembarang, lalu memasuki toko apotek.
"permisi, mbak ada obat pereda nyeri, salep atau semacamnya?"
"untuk sakit apa kalau boleh tahu?"
"kesiram air panas mbak"
"ada bentar ya mas" lalu lintang menyodorkan uang dan menerima kembaliannya. saat ia hendak menyalakan mesin motornya, tidak sengaja kedua netra legamnya menatap larissa sedang berada di supermarket disebelah, bersama dengan kakaknya. larissa pun tidak sengaja melihat dirinya disana.
"eh lintang, beli apa?"
"anu, obat sa. aku duluan ya"
"iya hati-hati" balas larissa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adolescent
Teen Fictionkata orang, umur belasan adalah umur yang dimana kita bisa merasakan kebebasan yang nantinya akan tergantikan oleh kesibukan di umur puluhan. tapi rasanya tidak semua remaja menikmati usia belasan mereka dengan baik. justru mereka berusaha untuk te...