28. awal kehancuran

5 1 0
                                    







dalam lamunannya terlintas di benak untuk membuka basa-basi di awal percakapan. sungguh egois ketika dirinya hanya ingin mengatakan kalimat "rindu" sebab kalimat itu terlalu transparan untuk di mengerti. lalu yang ia ucapkan hanya "gimana kabar lo?"

tanya anak laki-laki tersebut yang berada di samping bianca kini.

"baik daripada sebelumnya"

"glad to know that" ucap yuda lega dan sedikit kikuk.

"lo, apa kabar?"

"sama kayak biasanya"

"sorry for all my mistake" katanya dengan wajah menunduk.

"minta maaf terus, bosan gue. ini siapa sih? yuda bukan?" tanya bianca sambil menangkup kedua rahang tegas tersebut.

"yuda nya pergi, kak"

"ini yuda yang lainnya" jawabnya sambil tertawa.

"bilangin ke dia ya, gak usah balik lagi soalnya bandel. kamu aja yang jadi yuda, ya?"

"siap!" balas yuda tegas.

"ikut gak lo study tour?" tanya bianca.

"ikut dong, lo ikut juga kan?"

"enggak" ucap bianca berbohong.

"loh, kok gak ikut? ikut donggg" rengeknya seperti anak kecil.

"gak di kasih izin sama orang tua gue"

"biar gue yang bilangin, ntar malam bokap lo ada di rumah kan?" ucap yuda semangat.

"kayak berani aja lo"

"gak boleh sepele, beneran datang ntar gua liat aja"

"ih gak usahhh"

"kenapaaa?"

"gue pergi"

"tuh kan, bohong"

"bianca!" larissa berteriak di sebrang sana.

"eh, gue pergi dulu ya" pamitnya.

"iya, hati-hati jangan lari"

"jangan sering-sering sama dia, bi" ucap larissa ketika keduanya berjalan beriringan.

"gak kok, tadi dia nanya sesuatu aja" bianca mengerti maksud ucapan dari larissa.

sementara yuda kembali ke tempat asalnya. kali ini bukan rooftop maupun belakang sekolah, ia memilih perpustakaan, katanya mencari suasana baru.

di dalam sana sudah ada irga yang duduk manis ditemani oleh beberapa komik dan novel.

"yang lain mana?" yuda mengedarkan pandangannya tidak melihat sagara maupun gavin.

"nyebat" balasnya datar.

"udah disini aja lo" lanjut irga lagi.

"emang gue mau ngadem disini"

"eh bentar, gue mau balik ke kelas dulu, nitip hp" ada sesuatu yang tertinggal pikirnya.

yuda berlarian meninggal irga sendirian di perpustakaan.

kala itu layar ponsel yuda menyala, tidak terkunci.

entah apa yang irga pikirkan ia mencoba meraih ponsel milik yuda yang dititipkan pada dirinya.

"gue harus nemuin foto itu" ucapnya.

irga masih tidak terima atas semua perbuatan yuda pada bianca. maka akal jahatnya pun menguasai dirinya karena seharusnya dari awal bianca lah miliknya. irga harus membuat bianca membenci yuda, dan akan beralih pada dirinya, pikirnya begitu.

AdolescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang