9. guru baru, ilmu baru

13 3 0
                                    










Pagi ini ayah dan bunda lintang sedang dalam perjalanan bisnis.

Berangkat lebih awal dari biasanya.

Karena dirumahnya hanya ada dia dan adiknya, jadi dia lebih leluasa untuk mencari sarapan di dapur.

Masih ada beberapa makanan dan teh di meja makan.

"Ambil aja, gue udah kak" ucap adik lintang.

"Oke, thanks" lintang memberikan wink ke adiknya, sang adik geli menatap tingkah kakaknya.

Lintang tidak se-dingin dan se- cuek yang orang nilai.

Dia sebenarnya adalah anak yang periang, namun karena sikap orang tuanya yang dingin padanya yang membuat anak tersebut demikian. 

Dan sulit untuk mengekspresikan sesuatu terhadap orang lain, kaku.

Mereka berangkat sekolah terpisah, lintang menggunakan motornya dan adiknya menggunakan mobil, namun tetap supir pribadinya yang mengantar.

Setelah sampai di sekolah, adiknya mengambil langkah cepat ingin menghampiri kakaknya.

"gak ada yang boleh tahu kalau kita saudaraan, bunda minta gue bilang ke lo kak"

"mau sampai kapan? ntar juga kebongkar"

"aneh bunda, sampai-sampai mau nutupin hubungan darah kita" Tambah lintang.

"kayak kejadian kemarin, lo gak perlu bantu gue. gue bisa urusin masalah sendiri"

"lo di tindas diem aja, bego apa gimana? Gue gak tahan liatnya ja" ungkap lintang kesal dengan permintaan adiknya.

"gak tahu gue kak, duluan" lalu adiknya meninggalkan lintang  yang masih berada dibelakang.

Lintang menatap kepergian adiknya, terlihat terburu-buru.

Dan untung saja pagi ini lingkungan sekolah belum ramai.


baru ada dua atau tiga murid dikelas, karena lintang datang lebih awal.

jauh sebelum ia menemukan keempat temannya ini, lintang tidak pernah yang namanya punya teman, ia penyendiri, tidak mau bergaul. namun ia semakin sadar, dirinya juga butuh seorang teman, tempat bercerita. dan akhirnya ia memutusakan untuk membuka diri, sesiapa saja yang mau berteman dengannya kini tidak masalah bagi lintang.

semenjak kedatangan larissa dikehidupannya, sifatnya sedikit mulai berubah, yang biasanya dingin, datar, kaku, kini sudah mau untuk berekspresi. baginya larissa seperti pembangkit jiwa aslinya yang selama ini ia sembunyikan.

terkadang kita bisa menyembuhkan luka kita dengan orang lain, yang seharusnya peran itu ditujukan untuk keluarga. namun setiap orang memiliki keluarga yang berbeda, seperti halnya dengan lintang, keluarga adalah luka bagi dirinya.

bagi setiap orang, keluarga adalah rumah, namun lintang tidak pernah menganggap demikian. karena rumah  yang ada sekarang jauh berbeda dengan apa yang ia harapkan.

semenjak adanya berteman dengan keempat anak tersebut, ia jarang sekali berada di rumah.

hal yang paling ia benci adalah libur, karena saat libur ia hanya banyak menghabiskan waktunya bermain game, dan bermain gitar di teras jika bosan.

AdolescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang