Ketukan terdengar dari pintu kamar-nya. Jeno yang sedari tadi berdiri dan menatap keluar jendela tidak berpikir untuk membalas ketukan itu karena dia tahu itu ketukan khas milik Yeeun.
Semacam kode untuk saling mengenali satu sama lain ketika mereka sedang bersembunyi dari kejahilan kanak-kanak yang membuat para pelayan dan dang kewalahan.
1 ketuk rendah. 3 ketuk tinggi beruntun. 1 ketuk rendah. 1 ketuk rendah.
"Ingin berjalan-jalan untuk yang terakhir kali sebelum kalian kembali?"
Dan benar saja, suara dari orang yang membuka pintu tanpa persetujuan dari Jeno bertanya.
Jeno tetap menatap pemandangan halaman samping dari dukedom itu. Ada ketenangan yang dia dapatkan hanya dari menatap keluar, sebuah ketenangan yang tercipta karena tidak adanya ketakutan, keraguan, beban dan ekspektasi berlebih. "Tentu noona." Setuju Jeno.
Jika Jeno membutuhkan waktu lebih dari yang seharusnya untuk berjalan dengan Yeeun, Yeeun tidan mengatakan apapun hingga mereka sudah terduduk di salah satu kursi taman.
━╋━◇◇◇━╋━
Langit sudah mulai berubah kelabu, atau haruskah dikatakan bahwa langit menjadi emas?
Melihat Jeno-adiknya- tumbuh besar membuat rasa bangga membuncah di hati Yeeun. Namun rasa bangga dihatinya dikalahkan oleh rasa khawatir.
Tak pernah Yeeun tidak mengkhawatirkan sang pangeran kedua. Pangeran kecil yang begitu pendiam. Pangeran kecil yang puas dengan apapun dan tak pernah meminta lebih.
Jujur saja awal mereka bertemu saat kecil, Yeeun diminta untuk 'menjaga' Jeno. Ketiga pangeran saat itu dengan diketuai oleh Mark membuat kejahilan yang luar biasa gagal sampai Raja Chanyeol dan Ratu Baekhyun marah dan memisahkan mereka untuk sementara waktu.
Pangeran pertama dikirim ke kerajaan lain, tentu ini sanksi terbesar dari ketua pembuat onar-nya.
Pangeran kedua dikirimkan ke Emasia - dimana itu rumah Yeeun -.
Dan pangeran bungsu tetap tinggal di istana namun kini kesepian.
Yeeun yang berusia setara Mark pada saat itu menganggap mereka semua pantas mendapatkan hukuman itu. Tapi… kenapa Yeeun harus ikut terlibat dan jadi penjaga Jeno! Pangeran kedua yang bicara saja hitung-hitung. Dia terlalu pematuh, Yeeun sampai ingin mengumpat saat Jeno melakukan apapun yang Yeeun suruh walaupun pintaan-nya tidak masuk akal dilakukan seorang pangeran.
Yeeun tidak pernah seumur hidup (12 tahun hidup pada saat itu) bertemu dengan orang seperti Jeno! Orang yang seperti… seperti… seperti tidak memiliki keinginan apapun untuk dirinya sendiri, dan itu membuat Yeeun frustasi.
Mungkin diawali rasa frustasi itu Yeeun jadi penasaran dan pada akhirnya malah menjadi protective akan Jeno. Setelah begitu lama bersama dengan Yeeun yang melibatkan Jeno dalam segala hal untuk melihat reaksinya mulai mengerti dan belajar bahwa dalam hatinya yang terdalam Jeno memiliki begitu banyak perasaan, keinginan, mimpi dan tanggapan.
Hanya saja lingkungan menekan semua suara itu. Kini Jeno sudah terlalu terbiasa mengikuti apapun kehendak keluarganya. Dia percaya itulah hal yang benar dibandingkan dia melakukan apa yang dia inginkan.
Anak kecil itu kini sudah bertumbuh besar. Dia duduk di depan Yeeun dengan badan yang tegak. Dia tak lagi bersembunyi atau mengurung diri di kamar. Bahkan kini dia datang bersama tunangan barunya.
Sungguh Yeeun bangga. Tapi bertumbuh tidak serta merta mengubah pendirian Jeno. Anak pendiam yang merasa suara-nya tidak berharga tetap ada tersembunyi dibalin fisik yang menua. Jauh di balik permukaan, anak itu masih sama. Masih mempertanyakan kepantasan dari dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperial Shadow ≡ NoRen
FanfictionPangeran kedua kerajaan Phinexia telah mendapatkan amanat dari sang raja untuk menikahi putra mahkota kerajaan Croastrow. Walaupun tak siap, Lee Jeno tetap pada pendiriannya untuk mengikuti apapun perintah sang ayahanda. Walaupun perintahnya adalah...