13. Kemalangan

7.9K 1.5K 387
                                    


2 weeks later...


Dengan langkah yang tegas namun ringan, Jeno berjalan menyusuri koridor istana yang panjang. Hari sudah sore, dan Jeno baru kembali dari sesi belajar (didongengi) Yukhei, tentu dengan Renjun yang sekarang selalu duduk disampingnya.


Renjun sering duduk dengan buku perpustakaan. Topiknya pun beragam, mulai dari peraturan, sejarah, adat, bahkan dongeng Phynexia dan negara-negara lain. Keberadaan Renjun yang semakin sering disamping Jeno kini tak lagi membuatnya risih, khawatir, takut ataupun canggung.


Keheningan sang putra mahkota lambat laun menjadi hal yang familiar bagi Jeno, dan ternyata... Jeno tidak begitu mempermasalahkan itu.


Keheningan bisa saja sangat berguna bagi Jeno sekarang. Dengan pertengkarannya dengan Mark yang bagaimanapun juga agak membuat renggang hubungannya dengan Jisung juga. Lalu tanggung jawabnya sebagai pangeran kedua yang mulai dipotong demi dia menjalankan kewajiban mempelajari Croastrow. Semua begitu tiba-tiba dan tanpa peringatan.


Keheningan Renjun memberi ruang yang nyaman bagi Jeno untuk mengumpulkan pikirannya dan menjalankan kehidupannya mengikuti arus.


Mungkin bukan alasan yang mewah, tapi semakin hari Jeno semakin terbuka matanya untuk mensyukuri hal-hal kecil. Contohnya pagi ini. Tentu Jeno harus bangun pagi sejak dua minggu yang lalu mulai mengikuti para Croastrow untuk terbang pagi.


Bukan terbang bagi Jeno, lebih seperti duduk diatas kuda yang hingga kini masih dituntun oleh Renjun. Tapi itu bukan suatu masalah. Semilir dan embun pagi subuh ternyata walau awal sangat dingin dan hening di awal, memiliki sisi yang sulit terlihat, kesejukkan.


Entah Jeno sedang membicarakan suasana cuaca atau pandangannya terhadap Croastrow yang mulai terbuka. Mereka masih diam, terlebih lagi Renjun. Tapi, mengingat kesediaan Renjun untuk menuntun kudanya dan bersedia menemani Jeno selama dia belajar di perpustakaan dengan Yukhei merupakan hal yang harus dilihat dari sisi baik.


Belum lagi para Croastrow lain yang suka terbang lebih rendah dan memperlambat kecepatan terbang mereka agar bisa seiring dengan Jeno dan kudanya saat terbang pagi.


Mungkin jika Jeno masih larut dalam melankolinya, Jeno tak akan mensyukuri ataupun menyadari gestur-gestur kecil yang memiliki arti seperti itu. Tapi Jeno sudah lelah terpuruk dengan keadaan. Kini dia hanya menerima kemana arus membawanya dengan mata dan tangan yang tidak terlipat menolak.


Mungkin juga ini yang sudah direncanakan dewa. Dalam kebingungan Jeno untuk berkomunikasi dengan para Croastrow, ternyata pengertian tetap dapat tercapai dalam keheningan.


Oh jangan lupakan makan pagi bersama yang walau hening tetapi hangat. Sumpit orang lain yang terus menerus datang ke piringnya untuk menambahkan potongan salmon, dan sumpit Renjun yang selalu mengambil potongan-potongan wortel. Canda demi canda yang terlontar hanya dari mulut Yukhei dan Chenle tetapi rasanya mereka semua sedang tertawa dan menikmati waktu itu bersama.


Menjadi satu-satunya orang dengan rambut merah diantara para rambut hitam bukanlah hal yang begitu buruk seperti pemikiran Jeno pada awalnya.

Imperial Shadow ≡ NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang